Belasan pemuda dan pemudi berkebutuhan khusus mendapat pelatihan menjahit dan membuat baju batik di Surabaya. Mereka terlihat fokus dan telaten mengerjakan tugas mereka.
Beberapa pemuda berkebutuhan khusus ini terfasilitasi bakatnya dan mendapatkan skill khusus, saat mengikuti pelatihan di Arsyadina, Jalan Simo Sidomulyo V, Sawahan.
UMKM binaan Pemkot Surabaya, telah lama memfasilitasi disabilitas berkarya dan bekerja ditunjuk Balai Pelatihan Vokasi Produktivitas (BPVP) Sidoarjo yang dinaungi Kemenaker RI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa pemuda disabilitas rata-rata tuna rungu dan tuna grahita ini mendapat pelatihan menjahit mulai nol hingga menjadi pakaian jadi. Mereka juga ikut berproses membuat baju batik ciprat.
Kegigihan mereka dipuji Staff Khusus Kemenaker RI Dita Indah Sari yang meninjau langsung hari terakhir pelatihan. Apalagi mereka bisa berproses dalam pembuatan baju batik ciptrat.
"Yang pertama biasanya batik kalau tidak dicap, ya cetak, tulis. Ini kreasi baru di ciprat. Itu saja sesuatu yang unik. Dan yang kedua sumber daya para disable, itu menjadi nilai plus buat kami," ungkap Dita Indah Sari kepada wartawan di lokasi, Jumat (29/9/2023).
Dita juga memberikan apresiasi ke BPVP, Arsyadina dan warga di Simo Mulyo yang ikut serta memfasilitasi para disabilitas. Dengan memberikan workshop secara gratis.
"Mereka lebih fokus dan tidak neko-neko. Dibanding yang non difabel. Mereka lebih fokus. Cara menjahitnya juga lebih rapi," ungkapnya.
![]() |
Diharapkan dengan pelatihan ini, mereka diharapkan bisa menyongsong dunia kerja dan berwirausaha.
"Jadi untuk pemerintah dan BUMN, berdasarkan undang-undang disabilitas tahun 2016, disyaratkan dua persen penyerapan. Dari total disetiap intansi. Kalau swasta 1 persen," tambahnya.
Sementara penyerapan tenaga kerja disabilitas, banyak yang diseleksi terlebih dahulu di instansi swasta.
"Memang swasta melakukan penyerapan mereka pun milih-milih disabilitas. Karena tidak semua disabilitas direkrut. Dan memang teman-teman yang tuna runggu dan grahita harus di fasilitasi sendiri. Kalaupun mereka tidak terserap pekerjaan formal, mereka bisa kerja sendiri," tandasnya.
Bagi para disabilitas usai pelatihan, bisa mendapat fasilitas bantuan modal usaha dari kemenaker sebesar Rp 20 juta.
"Kita juga bisa membantu dari pemasarannya. Kita juga meminta market place untuk membuka fitur khusus untuk produk-produk karya disabilitas," jelasnya.
Pendiri UMKM bidang konveksi Oon Sumardino mengaku saat ini telah memperkerjakan 32 orang.
"Di antara 22 orang penyandang disabilitas, sisanya warga MBR yang disalurkan oleh Pemkot Surabaya," tegasnya.
(dnp/fat)