Bisikan Kiai ke Cak Imin soal Prabowo: Tak Delok Langite Kok Ora Ketok

Bisikan Kiai ke Cak Imin soal Prabowo: Tak Delok Langite Kok Ora Ketok

Eka Rimawati - detikJatim
Kamis, 28 Sep 2023 21:15 WIB
capres-cawapres amin di Banyuwangi
Cak Imin di Banyuwangi (Foto: Eka Rimawati/detikJatim)
Banyuwangi - Bakal Cawapres Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang juga Ketua Umum PKB sempat berkoalisi dengan Prabowo. Namun mereka berpisah karena sesuatu hal yang menurut Cak Imin sudah diperingatkan salah satu kiai.

Saat berkunjung ke Ponpes Darussalam Blokagung Banyuwangi, Cak Imin menceritakan sebelum dirinya gagal berkoalisi dengan Prabowo Subianto, ada kiai asal Malang yang sudah memberinya peringatan.

Dia menyebutkan bahwa sejak awal dirinya sudah sowan, datang berkunjung untuk meminta doa bagi dirinya dan PKB yang hendak berkoalisi dengan Prabowo dan Gerindra.

"Ada salah satu kiai dari Malang. Sejak awal saya sowani, kiai nyuwun pandongane, nyuwun restune, PKB memutuskan koalisi dengan Gerindra. Jawaban kiai itu 'tak delok langite kok ora ketok.' Tapi karena saat itu sudah jalan akhirnya berjalan terus. Berjalan terus sampai pada titik bulan Agustus tanggal 28 air ini mulai mandek," ujar Cak Imin, Kamis (28/9/2023).

Dia merasa memiliki tanggung jawab untuk terus mengalirkan air Aswaja itu pada Pemilu 2024. Salah satu upaya yang telah dia tempuh untuk tetap mengalirkan air Aswaja itu adalah dengan bergabung bersama koalisi pendukung Prabowo Subianto. Tapi ternyata keputusan itu menurutnya membuat aliran air Aswaja justru terhenti.

"Sebagai tanggung jawab mengalirkan politik Ahlussunnah wal Jamaah, air ini juga mengalir mencari jalan yang terbaik buat Indonesia di masa yang akan datang. Air ini mencoba, seperti Kiai Hisyam (Pengasuh Ponpes Darussalam Blokagung) lihat, mengalir ke Pak Prabowo. Mencoba mengalir karena kacamata buminya sepertinya bagus, kayaknya sama Pak Prabowo cocok. Tapi ternyata kabar langite kurang apik," katanya.

Sebelumnya, Cak Imin mengibaratkan dirinya dan PKB sebagai air yang mewakili perjuangan politik Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Air itu mengalir dari gunung Nahdlatul Ulama dan terus berperan selama 20 tahun terakhir.

"Saya sowan di sini mau lapor, ternyata saya nggak jadi nyapres, tapi nyawapres. Kenapa? Ini perlu saya ceritakan. Kulo, PKB, dan seluruh rencang-rencang meniko (teman-teman itu) kalau diibaratkan adalah air dari sumber perjuangan politik Ahlusunnah wal Jamaah. Air dari sumber gunung Nahdlatul Ulama," ujarnya.

"Perjuangan politik berupa air yang mengalir meniko, InsyaAllah, nyuwun pangestune, mewarisi aliran politik Ahlusunnah wal Jamaah," katanya.

Dia menceritakan bahwa sebelum menjadi pasangan bakal cawapres Anies Baswedan dirinya mencoba terus mengalirkan 'air Aswaja' itu sejak era kepemimpinan Soesilo Bambang Yudhoyono hingga Joko Widodo.

"Lah air meniko mengalir terus seiring perkembangan zaman. 10 Tahun mengalir bersama Pak SBY: kula dados menteri, Pak Saifullah Yusuf dadi menteri, Pak Alwi Shihab dadi menteri. Niku air Ahlusunnah wal Jamaah. 10 Tahun berikutnya bersama Pak Jokowi dan tambahan 1 pasukan lagi namanya Kiai Ma'ruf Amin. Jek eling opo ora? Alhamdulillah. 10 Tahun bersama Pak Jokowi air ini mengalir terus," ujarnya.


(erm/fat)


Hide Ads