Duet Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar atau Cak Imin (AMIN) diprediksi sulit menang di Pilpres 2024. Duet Anies-Cak Imin itu juga diprediksi sulit menaklukkan Jawa Timur. Ada beberapa faktor yang memengaruhi hal ini.
Pengamat Politik Surabaya Survey Center (SSC) Mochtar W Oetomo menyebut, peluang keduanya menang di Jatim cukup tipis. Sebab, hasil survei menunjukkan elektabilitas keduanya masih rendah dan berada di urutan terbuncit.
"Kalau berdasar hasil survei, Anies Baswedan berat di Jawa Timur. Terakhir nggak sampai 15 persen. Juga Cak Imin angkanya di bawah 10 persen. Angkanya relatif masih di bawah dua bacalon lainnya," kata Mochtar saat dikonfirmasi detikJatim, Senin (4/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mochtar memahami upaya Anies meminang Cak Imin yakni untuk meraih ceruk suara Nahdlatul Ulama (NU), terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Namun, ini tidak berbanding linear dengan elektabilitas Cak Imin yang masih rendah.
"Karena Anies ini kan representasi Islam kanan alias putih. Sementara tipologi masyarakat Jatim itu merah hijau. Cak Imin dan PKB masuk hijau, NU sebagai Islam moderat. Cak Imin diharapkan mengangkat elektabilitas Anies terutama di Jatim yang disebut-sebut penentu kemenangan," kata Mochtar.
"Oke, Cak Imin representasi Jatim, representasi Nahldiyin juga ketum PKB. Namun, itu tidak linear dengan elektabilitas Cak Imin sendiri di Jatim. Angkanya terakhir tidak tembus 5 persen. Jadi ini tantangan berat bagi pasangan ini memenangkan hati rakyat Jatim," tambahnya.
Selain itu, Mochtar menyatakan, Anies-Cak Imin harus bisa membangun narasi yang tepat ke publik jika ingin menang di Pilpres 2024 terutama di Jatim.
"Apa sih urgensi dan nilai strategis dari pasangan ini? Selama pasangan ini tidak bisa mendistribusikan narasi itu, maka tantangan dan peluangnya cukup berat. Karena kandidat lain secara masif juga sadar memprioritaskan Jatim melalui berbagai program dan kampanye masif di Jatim yang merupakan ceruk-ceruk Nahdliyin," bebernya.
Peneliti Senior SSC ini menyebut, duet AMIN sangat berisiko besar di masing-masing kantong suara pendukungnya.
"Keputusan Anies-Cak Imin ini cukup radikal dan berisiko besar. Pendukung Anies selama ini yang loyal bisa jadi merasa gamang karena beriringan PKB yang secara ideologis berjarak. Pun sebaliknya pemilih PKB yang berjarak dengan Anies kemungkinan bingung dan berubah pilihan," jelasnya.
"AMIN harus bisa menjelaskan ke masing-masing pendukungnya soal urgensi keduanya berpasangan agar tidak menimbulkan kegamangan," tambahnya.
Mochtar juga memprediksi duet AMIN ini bisa mendaftar ke KPU jika tidak ada kecelakaan politik yang terjadi kepada dua politikus tersebut.
"Berdasar faktor administratif mestinya keduanya mendaftar karena memenuhi semua. Namun, politik Indonesia ini banyak manuver tidak disangka-sangka. Seperti kemarin tiba-tiba muncul kasus Kemnaker yang diungkap KPK, ini kan sulit diprediksi. Kalkulasi politik praktis bisa berlayar tapi aspek gerakan politik itu masih susah diprediksi," tandasnya.
(hil/dte)