Jangan parkir motor sembarangan! Larangan itu bakal terus diingat oleh Jemmi Purwodianto seumur hidupnya. Jurnalis asal Surabaya yang biasa meliput berita seputar kriminal ini benar-benar kapok memarkir motornya di sembarang tempat
8 Juni 2017, Jemmi yang saat itu meliput untuk sebuah koran lokal mendatangi Mapolrestabes Surabaya. Saat itu polisi merilis kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor).
Jemmi yang datang agak terlambat buru-buru parkir seenak udelnya. Motor Yamaha Soul GT warna putih itu diparkir di samping motor-motor barang bukti kejahatan yang berjajar rapi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah memarkir motornya, Jemmi meliput rilis tersebut. Cekrek, cekrek, cekrek dia memotret tersangka yang dipamerkan polisi dengan kamera HP-nya. Beberapa pertanyaan dia lontarkan kepada tersangka maupun polisi. Dua jempolnya menari lincah memencet keypad, mengetik hasil wawancaranya di HP.
Sore itu segalanya berlangsung normal. Jemmi tetap melakukan tugasnya sehari-hari sebagai wartawan. Sampai akhirnya Jemmi ketiban apes saat mau pulang.
Jemmi melangkah menuju motornya setelah pamit pulang ke teman-teman wartawan. Pantatnya sudah duduk nyaman di atas jok motor. Hingga akhirnya dia sedikit memajukan motornya, meski mesin belum dinyalakan.
"Loh, iki opo'o rek (Loh, ini kenapa)?" ucapnya.
Arek Lidah Wetan itu kemudian ngeh kalau ada sesuatu yang mengganjal roda motornya. Ternyata, motor itu digembok bersama barang bukti hasil kejahatan. Pengawas yang memegang kunci gembok itu mengira motor milik Jemmi bagian dari barang bukti.
"Loalah, kok digembok karo rantai" kata Jemmi sembari melongo memandang roda motornya
Sontak saja wartawan yang masih ada di sana menertawakan Jemmi. Termasuk Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya saat itu, AKBP Shinto Silitonga.
"Kamu sih parkir sembarangan. Makanya, jangan parkir sembarangan," ujar Shinto sembari menahan tawa.
Jemmi pun beralasan kalau parkir motor yang biasanya untuk wartawan penuh. Makanya dia parkir di dekat motor barang bukti.
"Lah di sana sudah penuh. Tak kira ya boleh parkir di sini. Nggak lihat kalau ada rambu larangan parkirnya" kata Jemmi sembari menunjuk lokasi parkir motor yang semestinya.
Jemmi lalu mencari petugas yang membawa kunci gembok itu. Dia sempat keluar masuk gedung Anindita Sat Reskrim Polrestabes Surabaya.
Dobel apes, ternyata petugas yang memegang kunci itu sudah pulang. Sudah begitu, rumahnya jauh dari Polrestabes Surabaya. Di Porong, Sidoarjo.
"Mateng aku, terus yo'opo iku mulihku (Mati aku, terus gimana ini pulangku)? Kapok wis aku" ucap Jemmi.
Mendengar itu, beberapa wartawan menyalahkan Jemmi. Jemmi pun cuma banyak manggut-manggut. Bulir keringatnya sebesar jagung, tanda letih mencari si petugas pembawa kunci.
"Sampek kemringet ngene rek. Mosok yo nginep Polres (Sampai keringetan gini. Masak ya sampai menginap di Polres)," celetuk ayah dua orang anak itu.
Hampir dua jam Jemmi mencari jalan keluar. Hingga akhirnya jelang azan Magrib dia diberi tahu salah satu polisi bahwa ada yang membawa kunci serep gembok tersebut. Jemmi pun menghela napas panjang. Lega. Motor kesayangannya bisa dibawa pulang.
Jemmi yang kini menjadi jurnalis detikJatim wilayah Gresik mengaku kerap tertawa jika mengingat momen tersebut. Dia ingat betul betapa paniknya saat itu.
"Kalau ingat itu jadi ketawa-ketawa sendiri. Saking paniknya, sampai bingung. Udah gitu jadi bahan guyonan anak-anak (wartawan) sampai sekarang," sebut Jemmi, Selasa (29/8/2023).
Jemmi mengakui bahwa dirinya memang sering menganggap enteng sesuatu. Termasuk saat memarkir motor sembarangan tersebut.
"Ya waktu itu tak pikir aman-aman aja. Lah kok digembok, untung nggak dipenjara sepedaku ha..ha..ha.." kelakarnya.
Kemekel merupakan salah satu rubrik khas detikJatim yang mengisahkan tentang sisi lucu dan kisah menggelitik sebuah peristiwa. Kemekel tayang setiap Selasa. Baca Kemekel di sini dan tetap setia membaca konten-konten menarik detikJatim!
(hil/dte)