Kekeringan melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Pasuruan. Kondisi itu menyebabkan warga kesulitan mendapatkan air bersih.
Hal ini membuat warga di beberapa desa di Kecamatan Gempol mengandalkan air dari Candi Sumber Tetek di Dusun Belahan, Desa Wonosunyo. Setiap hari, puluhan warga mengambil air di petirtaan peninggalan Prabu Airlangga ini.
Mereka mewadahi air dari pancuran kolam, baik yang muncul dari bagian dinding candi maupun yang keluar dari tetek atau payudara arca Dewi Laksmi. Di petirtaan ini, terdapat dua arca dewi yakni Dewi Laksmi dan Dewi Sri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lokasi candi relatif jauh dari permukiman, sehingga warga datang dengan motor. Mereka membawa galon hingga jeriken.
Subkhan (35) warga Dusun Jeruk Purut, Desa Gedang, Kecamatan Gempol, mengaku mengambil air satu atau dua hari sekali. Ia datang membawa empat jeriken.
![]() |
"Rumah saya satu kilo setengah (kilometer) dari sini. Dua hari sekali ngambil, nggak mesti, tergantung kebutuhan di rumah," kata Subkhan, Rabu (23/8/2023).
Sementara itu, Sulistyo (60), warga Dusun Belahan, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol malah setiap hari ke petirtaan. Ia mengambil air hingga dua kali dalam sehari. Sekali ambil, dia membawa dua galon berukuran besar.
Baca juga: Dua Bulan Daerah di Jatim Tak Diguyur Hujan |
"Sulit air, warga nyari air ya cuma di sini sumbernya," ungkapnya.
Wariyono, penjaga petirtaan yang juga warga Dusun Belahan mengatakan, setiap musim kemarau banyak warga yang datang mengambil air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. "Sudah tiga-empat bulan terakhir, ramai pagi dan sore orang ambil air," terang Wariyono.
Ia berharap, ada solusi dari pemerintah untuk mengatasi kekeringan air di musim kemarau panjang. Kekeringan dan krisis air sudah dirasakan warga setiap tahun selama puluhan tahun.
"Harapannya tidak hanya dropping air, tapi juga menambah saluran air khususnya untuk warga di Wonosunyo sisi atas sumber air," tuturnya.
(hil/fat)