Dampak kemarau mulai terasa di Pacitan. Warga di sejumlah desa di Kota 1001 Gua mulai dilanda kesulitan air bersih. BPBD Pacitan menyebut sedikitnya 72 desa rawan kekeringan, mulai sedang hingga berat.
"Desa-desa itu masuk zona merah kekeringan," terang Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan Radite Suryo Anggono kepada detikJatim, Jumat (4/8/2023).
Mengacu pemetaan mitigasi kebencanaan, Pacitan diperkirakan mengalami kemarau kering tahun ini. Potensi musim kemarau bakal lebih panjang. Kondisi curah hujan rendah masih akan terjadi hingga akhir tahun 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Radite mengakui sejauh ini sudah ada 8 desa sudah mengalami kekeringan dan minta dropping air bersih. Sebarannya meliputi 3 kecamatan. Yaitu Kebonagung, Punung dan Bandar.Warga dari sejumlah wilayah itu pun mengusulkan dropping air bersih. Pengiriman dilakukan sejak Juli lalu.
"Sudah mulai kita kirim (air bersih)," tambahnya.
Dijelaskan Radite, wilayah barat Kabupaten Pacitan merupakan kawasan paling berpotensi kekeringan. Seperti halnya Kecamatan Donorojo. 11 dari 12 desa yang ada diprediksi mengalami kekurangan air bersih. Pun Kecamatan Punung, dari 13 desa, 12 di antaranya dapat mengalami kondisi serupa
"Sambil kita pantau dan tunggu perkembangan yang terjadi," ungkapnya.
Dari sisi sarana, BPBD juga melakukan persiapan khusus. Salah satunya menyiagakan kendaraan tangki. Dari 5 unit truk tangki milik lembaga pengampu kebencanaan itu, 4 di antaranya siap digunakan.
"Bisa digunakan jika sewaktu-waktu ada permintaan dropping air bersih," tandasnya.
Upaya menangani masalah air bersih di Pacitan juga melibatkan banyak pihak. Ini seperti dilakukan Polres Pacitan. Korps baju coklat itu menyalurkan bantuan air bersih ke sejumlah titik terdampak kekeringan.
"Kita melakukan droping air bersih sebanyak 20 tangki ke berbagai wilayah terdampak," kata Aiptu Dedeh Kurniasih, PS Kasubsi Penmas Polres Pacitan.
(dpe/iwd)