Bantuan air bersih dari Pemkab Mojokerto untuk 3 desa terdampak kekeringan di kaki Gunung Penanggungan, terhenti sementara. Karena sampai saat ini bantuan air bersih pada tahap pengajuan kepada Bupati Ikfina Fahmawati.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto Abdul Khakim mengatakan pihaknya baru mengajukan bantuan air bersih untuk 3 desa kepada Bupati Ikfina pada Kamis (3/8/2023). Karena bantuan tersebut menggunakan anggaran dari Belanja Tak Terduga (BTT) yang mesti disetujui bupati.
Sedangkan bantuan air bersih tahap pertama untuk 3 desa terdampak kekeringan habis 2 Agustus lalu. Sehingga mau tak mau bantuan air bersih dari Pemkab Mojokerto terhenti sementara waktu. Menurut Khakim, lambatnya surat permohonan bantuan dari desa ke BPBD Kabupaten Mojokerto menyebabkan pengajuan ke bupati juga terlambat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kunjorowesi dan Duyung duluan, Manduro baru 30 Juli, itu yang telat. (Kenapa telat?) Saya kurang tahu, kami sudah antisipasi dengan memberi tahu pihak desa," kata Khakim kepada detikJatim, Jumat (4/8/2023).
Khamim menjelaskan pihaknya mengajukan anggaran Rp 250 juta dari BTT untuk bantuan air bersih tahap 2. Dari jumlah itu, Rp 225 juta untuk pengadaan 500 tangki air bersih dari Perumdam Majapahit. Masing-masing tangki berkapasitas 4.000 liter. Sedangkan dana Rp 25 juta untuk operasional tim di lapangan.
Jika anggaran disetujui Bupati Ikfina, 500 tangki didistribusikan selama 50 hari ke 3 desa yang mengalami krisis air bersih. Yaitu 4 tangki per hari untuk Desa Kunjorowesi, 3 tangki ke Desa Manduro Manggung Gajah, serta 3 tangki ke Desa Duyung.
"Kami ajukan kepada bupati bantuan sampai akhir September. Kami berpedoman prediksi BMKG, mungkin akan hujan awal Oktober," terangnya.
Krisis air bersih terjadi di Desa Kunjorowesi dan Manduro Manggung Gajah, Kecamatan Ngoro sejak Mei 2023. Kedua desa tersebut terletak di kaki Gunung Penanggungan sisi utara.
Kesulitan air bersih dialami 4.937 jiwa penduduk Desa Kunjorowesi. Terdiri dari 3.312 jiwa atau 708 keluarga di Dusun Kandangan dan 1.625 jiwa atau 848 keluarga di Dusun Kunjoro.
Sedangkan di Desa Manduro Manggung Gajah, krisis air bersih berdampak terhadap 1.861 jiwa. Yaitu 865 jiwa atau 292 keluarga di Dusun Gajah Mungkur dan 996 jiwa atau 305 keluarga di Dusun Buluresik.
Desa ketiga yang mengalami krisis air bersih terletak di sisi barat kaki Gunung Penanggungan. Yaitu Desa Duyung, Kecamatan Trawas. Sulitnya mendapatkan air bersih dialami 791 jiwa atau 256 keluarga di Dusun Bantal.
Terhentinya sementara distribusi air bersih dari Pemkab Mojokerto menyebabkan ribuan warga terdampak mengandalkan bantuan dari pihak lain. Seperti dari PMI, Polres Mojokerto dan kalangan pengusaha untuk masak dan minum. Sedangkan untuk mandi, warga menggunakan air sungai.
"Sementara bantuan dari BPBD yang biasanya untuk masak dan minum terhenti. Warga dapat bantuan dari pengusaha, tapi tak mencukupi," jelas Khakim.
Khakim berjanji akan mengawal pengajuan bantuan air bersih ke Bupati Mojokerto. Menurutnya, surat dari BPBD Kabupaten Mojokerto sudah di meja Ikfina. Ia tak bisa memastikan kapan bantuan tahap 2 tersebut bisa direalisasikan.
"Karena melibatkan BPKAD dan Inspektorat, ini kan masih proses terus, kami tak bisa menentukan berapa hari. Tetap kami kawal. Kalau mundur realisasinya, bisa berkurang sehingga harus kami hitung lagi," tandasnya.
(dpe/iwd)