Foto santriwati Magetan yang viral bawa airsoft gun diambil saat simulasi ekstrakurikuler airsoft pelajar di Ponpes Baitul Qur'an Al Jahra. Penyelenggara ekskul mengklaim organisasinya di bawah pembinaan TNI dan Polri.
Pihak ketiga penyelenggara simulasi ekskul saat masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di ponpes tersebut adalah organisasi airsoft gun bernama PT Airsoft Pelajar Indonesia.
Direktur PT Airsoft Pelajar Indonesia Agus Imam Santoso menyampaikan bahwa organisasinya itu memiliki pembina dari kalangan TNI dan Polri yang menitipkan adanya pendidikan karakter bagi pelajar yang dibina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami pembina ada dari TNI, dari polri karena apa? Ini mainan tapi menyerupai asli. Kami punya kode etik tidak boleh panggil ini sebagai senjata, kita panggil ini unit mainan," ujarnya.
Memang, airsoft gun dijual bebas di pasaran baik online maupun online. Berbagai model diperjualbelikan dengan bebas baik model M4, AK47, juga Spring.
"Njenengan cek di online itu. Ini dijual bebas. Ini mainan yang sudah SNI. Jadi artinya orang-orang ini (pengunggah foto santriwati) nggoreng tanpa tabayun, kan?" Katanya.
Agus menjelaskan bahwa PT Airsoft Pelajar Indonesia resmi menjadi organisasi berbadan hukum sejak 2016. Organisasi itu juga menjadi pengelola Liga Airsoft Pelajar (LAP) yang memfasilitasi calon atlet muda dari tingkat bawah.
"Daripada langsung masuk perbakin eksklusif dan mahal, nah ini diarahkan sejak level bawah. Jadi ini memang bentuk pengaderan kami. Kayak olahraga lain itu lho, mereka pengaderannya malah dari SD," ujarnya.
Dengan adanya pembinaan dari TNI dan Polri, Agus menyatakan bahwa muatan dalam Airsoft Pelajar Indonesia juga mendidik karakter kebangsaan, kewarganegaraan, dan karakter anak lewat olahraga.
"Ya kami maunya memang di ekstrakurikuler, supaya apa? Terbina terdidik dan kontinu. Saya nggak mau sporadis. Kejiwaan anak-anak, minat dan bakatnya, tidak bisa dipetakan," katanya.
Meski kita cuman mainan yang diinjak pecah karena terbuat dari plastik, Airsoft Pelajar Indonesia tetap menerapkan kode etik tertinggi, yakni kode etik senjata api.
"Sehingga meskipun memainkan mainan yang terbuat dari plastik, tapi ada etika yang harus diterapkan sebagaimana menggunakan senjata api, harus hati-hati, kan begitu," pungkasnya.
(dpe/iwd)