Orang yang dikisahkan menjadi sosok paling sibuk di akhirat adalah Rasulullah SAW. Diceritakan, kesibukannya tersebut merujuk pada kesibukan karena memberi syafaat bagi para umatnya.
Dikutip detikHikmah dari buku Sang Pengatur Kehidupan tulisan Risa Anggraini, di Padang Mahsyar kelak, Rasulullah SAW akan menjadi orang yang paling sibuk, di tengah keramaian orang yang sedang berhadapan dengan hisab amal perbuatan mereka. Saat itu, setiap orang akan terfokus pada dirinya sendiri, melupakan pasangan, keluarga, dan anak-anaknya, tetapi tidak bagi Rasulullah SAW. Beliau akan sibuk memberikan syafaatnya.
Salah satunya diceritakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA dan Hudzaifah RA bahwa tiap manusia mendatangi nabi-nabi mereka untuk meminta syafaat masuk surga, namun semua nabi melimpahkannya pada yang lain hingga berujung pada Rasulullah SAW.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Allah mengumpulkan manusia. Lalu orang-orang yang beriman berdiri hingga surga didekatkan kepada mereka. Kemudian mereka menemui Nabi Adam AS seraya berkata, "Wahai nenek moyang kami, memohonlah agar surga dibuka untuk kami."
Nabi Adam AS menjawab, "Bukankah tiada yang mengeluarkan kalian dari surga, kecuali kesalahan ayah kalian Adam ini? Aku bukanlah orang yang mampu melakukannya. Pergilah kepada putraku, Ibrahim, Khalilullah (kekasih Allah)."
Kemudian Nabi Ibrahim AS berkata, "Aku bukanlah orang yang dapat melakukannya. Karena aku hanyalah kekasih dari belakang dari belakang (karena keutamaan Rasulullah). Pergilah kepada Musa, yang diajak bicara langsung oleh Allah SWT."
Mereka pun menghadap Nabi Musa AS. Nabi Musa AS berkata, "Aku bukanlah orang yang dapat melakukannya. Pergilah kepada Isa, yang merupakan kalimat Allah dan ruh-Nya."
Lalu Nabi Isa AS berkata, "Aku bukanlah orang yang dapat melakukannya."
Lalu mereka menghadap kepada Rasulullah SAW. Beliau pun bangkit lalu diizinkan. Kemudian dikirimlah amanah dan kasih sayang, kemudian keduanya berdiri di dua sisi Shirathal Mustaqim, kanan dan kiri. Lalu orang pertama di antara kalian melewatinya bagaikan petir." (HR Muslim)
Dikutip dari Syaikh Abdul Aziz Marzuq Ath-Tharifi dalam Al Kurasaniyyah fi Syarhi 'Aqidah Ar Raziyyaini, diketahui, Rasulullah SAW memberikan empat jenis syafaatnya di akhirat pada orang-orang di Padang Mahsyar, para penghuni surga, orang beriman yang masuk neraka, dan pamannya yakni, Abu Thalib.
Bahkan, doa mustajab Rasulullah SAW telah dipersiapkan untuk memberikan syafaat kepada umatnya di akhirat kelak. Padahal, doa mustajab para nabi lain telah digunakan sewaktu di dunia. Sebagaimana dalam hadits berikut,
لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُو بِهَا، وَأُرِيدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي فِي الآخِرَةِ
Artinya: "Setiap nabi memiliki doa mustajab yang dapat dipergunakan. Namun, aku ingin menyimpan doa mustajabku untuk memberi syafaat kepada umatku di akhirat." (HR Bukhari)
Secara umum, syarat utama untuk mendapatkan syafaat Rasulullah SAW adalah tiga. Pertama, meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah. Sebagaimana sabda beliau,
أُشْهِدُكُمْ أَنَّ شَفَاعَتِي لِكُلِّ مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
Artinya: "Aku bersaksi kepada kalian bahwa syafaatku diperuntukkan bagi setiap muslim yang meninggal tidak menyekutukan Allah dengan apapun." (HR Abu Dawud).
Syarat yang kedua adalah meninggal dalam keadaan membawa keimanan, walaupun sebesar biji sawi. Seperti yang digambarkan dalam haditsnya,
أَقْرَعُ بَابَ الْجَنَّةِ فَيُفْتَحُ بَابٌ مِنْ ذَهَبٍ وَحِلَقُهُ مِنْ فِضَّةٍ، فَيَسْتَقْبِلُنِي النُّورُ الْأَكْبَرُ، فَأَخِرُّ سَاجِدًا، فَأُلْقِي مِنَ الثَّنَاءِ عَلَى اللَّهِ مَا لَمْ يُلْقِ أَحَدٌ قَبْلِي، فَيُقَالُ لِي: ارْفَعْ رَأْسَكَ، سَلْ تُعْطَهْ، وَقُلْ يُسْمَعْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ، فَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ: لَكَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ شَعِيرَةٍ مِنْ إِيمَانٍ، قَالَ: ثُمَّ أَسْجُدُ الثَّانِيَةَ، ثُمَّ أُلْقِي مِثْلَ ذَلِكَ، وَيُقَالُ لِي: مِثْلُ ذَلِكَ، وَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ لِي: لَكَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ،
Artinya, "Aku mengundi pintu surga. Tiba-tiba dibukakan satu pintu dari emas dan lengkungnya dari perak. Kemudian aku disambut oleh cahaya yang agung. Aku pun langsung bersujud seraya menyampaikan pujian kepada Allah dengan pujian yang belum pernah disampaikan seorang pun sebelumku. Disampaikanlah kepadaku, 'Angkatlah kepalamu. Mintalah, niscaya engkau akan diberi. Berkatalah, niscaya engkau akan didengar. Meminta syafaatlah, niscaya engkau akan diberi syafaat.' Aku pun berkata, 'Umatku...!' Lantas dijawab, 'Engkau berhak menolong orang yang dalam hatinya ada keimanan walau seberat biji gandum.' Aku pun bersujud kedua kalinya dan menyampaikan pujian yang sama dan disampaikan lagi kepadaku jawaban yang sama. Lalu terus memohon lagi, 'Umatku...!' Disampaikan kepadaku, 'Engkau berhak menolong orang yang dalam hatinya ada keimanan walaupun sekecil biji sawi.'"
Syarat yang ketiga adalah pernah mengucap kalimat thayyibah atau kalimat, "La ilaha illallah," dengan ikhlas. Sebagaimana disampaikan dalam lanjutan hadits di atas,
ثُمَّ أَسْجُدُ الثَّالِثَةَ، فَيُقَالُ لِي: مِثْلُ ذَلِكَ، ثُمَّ أَرْفَعُ رَأْسِي فَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ لِي: لَكَ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصًا
Artinya: "Aku bersujud ketiga kalinya dan disampaikan kepadaku jawaban yang sama. Setelah itu, aku mengangkat kepala dan memohon lagi, 'Umatku...' Lalu disampaikan kepadaku, 'Engkau berhak menolong orang yang mengucap 'Lā ilāha illallāh' dengan ikhlas.'" (HR Abu Ya'la)
Demikianlah kesibukan Rasulullah SAW di akhirat. Beliau adalah nabi yang paling sibuk di akhirat dan sangat peduli akan keselamatan umatnya. Beliau rela menyimpan doa terbaiknya untuk dapat menolong umat dari kesulitan di akhirat.
(abq/iwd)