Kelima nama itu yakni Menparekraf RI Sandiaga Uno, Menteri BUMN Erick Thohir, Ketum PKB Abdul Muhaimin Iskandar, Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Mantan Panglima TNI Andika Perkasa.
Pengamat Politik Surabaya Survey Center (SSC) Mochtar W Oetomo menyebut, peluang kelima nama tersebut ada. Tetapi, takaran ukurannya berbeda.
"Lima nama yang disebut Puan sebagai kandidat-kandidat cawapresnya Ganjar tersebut telah melalui berbagai pertimbangan. Kelimanya sangat layak menjadi cawapres Ganjar dan berpeluang. Hanya untuk kepentingan strategi pemenangan, tentu masing-masing ada plus minusnya," kata Mochtar saat dikonfirmasi detikJatim, Senin (24/7/2023).
Menurut Mochtar, saat ini PDIP dan Ganjar sangat intens mencari suara di Jatim, terutama di kalangan Nahdliyin. Hal itu harus menjadi modal utama yang dimiliki cawapres Ganjar, yakni punya akses ke massa Nahdliyin.
"Kalkulasi geopolitik yang pasti jika Ganjar ingin memenangkan kontestasi pilpres maka Jateng dan Jatim harus dimenangkan, karena secara geopolitik basis Ganjar adalah sebagian Indonesia Tengah dan sebagian besar Indonesia Timur. Sementara Indonesia Barat adalah basis Prabowo dan Anies," jelasnya.
"Jateng sudah terwakili Ganjar dengan representasinya sebagai putra kelahiran Jateng dan Gubernur Jateng dua periode. Tentu tidak sulit bagi Ganjar meraup suara mayoritas di Jateng. Maka pekerjaan rumahnya tinggal di Jatim. Maka dari kelima tokoh tersebut tinggal dihitung siapa yang paling memiliki potensi mengambil suara mayoritas di Jatim, di basis suara Nahdliyin," lanjutnya.
Mochtar menyebut, Cak Imin bisa saja menjadi wapresnya Ganjar. Namun, elektabilitas Cak Imin kurang menjual dan sudah menjalin kerja sama dengan Gerindra.
"Cak Imin Ketum PKB, putra Jatim, tokoh NU. Ketiga kriteria yang dimiliki Cak Imin itu Jatim banget. Namun minusnya ketokohan dan populatitasnya dalam beberapa kali kontestasi selalu tidak optimal. Belum lagi Cak Imin dan PKB sudah terlebih dahulu dekat dengan Gerindra dan Prabowo," ungkapnya.
Untuk AHY, Mochtar menyebut, Demokrat punya historis yang baik di Jatim. Tapi, Demokrat sudah berkomitmen mengusung Anies Baswedan.
"AHY putra SBY yang dikaitkan dengan Pacitan, Demokrat juga cukup bagus di Jatim. Ketokohan serta popularitas AHY masih sangat potensial dikerek. Tapi sayangnya Demokrat lebih dulu dekat dengan Anies dan PKS," bebernya.
Peluang cukup besar, kata Mochtar ada di sosok Sandiaga dan Erick Thohir. Sebab keduanya dinilai bisa masuk ke ceruk NU, di mana Erick dekat dengan PBNU, sementara Sandiaga memiliki kendaraan politik PPP yang cukup identik dengan NU.
"Erick Thohir juga dekat dengan NU dan populer di Jatim. Erick potensial ketokohan dan popularitasnya dikerek. Demikian juga Sandiaga. Namun Erick masih tidak memiliki kendaraan partai (bukan kader partai)," bebernya.
Menurut Mochtar, kelima nama itu punya peluang yang sama-sama kuat, meski Erick, Sandiaga, dan Andika Perkasa lebih berpeluang sebab belum terikat dengan koalisi lain di luar koalisi PDIP.
"Jika Cak Imin yang diambil maka Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya harus menata ulang koalisi dan kemungkinan besar juga akan menarik PAN dan Demokrat hingga mungkin PKS. Maka dampaknya bisa karambol. Kalaupun yang diambil Erick, Sandi atau Andika tetap saja akan membuat koalisi lain berhitung ulang bagaimana bisa menang," katanya.
"Yang jelas jika PDIP memilih satu dari kelima nama itu, tentu berpeluang besar merubah peta koalisi. Jika AHY yang diambil, maka Koalisi Perubahan akan kelimpungan dan tentu NasDem-PKS akan berupaya keras menarik Golkar," lanjutnya.
Mochtar menyebut, masih ada waktu dua bulan lebih untuk para capres menentukan cawapresnya. Semua masih dinamis dan masih akan terjadi.
"Kemungkinan besar PDIP dan Ganjar akan mengambil wakil yang secara bersamaan mengejutkan publik sekaligus mengejutkan dua koalisi yang lain. Cawapres yang akan membuat dua kolaisi lain harus menata ulang konstruksi koalisi dan strategi," katanya.
"Tidak ada yang tidak mungkin di politik. Akan cukup menggemparkan dan akan jadu sebuah kejutan besar jika AHY nantinya yang terpilih. Semua masih dinamis dan saling melihat strategi koalisi lain," tandasnya.
(hil/dte)