PDI Perjuangan (PDIP) masih terlalu digdaya di Kota Surabaya. Dalam survei SSC terbaru, elektabilitas partai berlambang banteng ini berada di angka 49,2%.
Beberapa waktu lalu Surabaya Survey Center (SSC) merilis hasil elektabilitas parpol di Surabaya. PDIP masih digdaya di peringkat pertama dengan elektabilitas 49,2%. Di posisi ke-2 ada Gerindra dan PKB yang masing-masing mengantongi 8,6% dan 8,2%.
Peneliti Senior SSC Ikhsan Rosidi mengatakan elektabilitas PDIP yang sangat tinggi di Kota Surabaya karena sejumlah faktor. Pertama, seperti terpotret dalam hasil survei SSC, mayoritas masyarakat Surabaya mempersepsikan PDIP partai paling identik memperjuangkan ideologi Bung Karno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan Bung Karno dianggap sebagai sosok yang melekat kuat dalam benak warga Surabaya, mengingat kehidupan dan perjuangan Bung Karno di masa mudanya di Kota Surabaya.
"Faktor ini menjadi salah satu hal yang membuat PDIP juga kuat merekat di benak masyarakat Surabaya," kata Ikhsan, Rabu (19/7/2023).
Kedua, lanjut Ikhsan adalah faktor keberhasilan pemimpin Surabaya dari PDIP. Di mana dalam tiga periode terakhir, tonggat kepemimpinan Kota Surabaya dipegang oleh kader PDIP, mulai Bambang DH, kemudian Tri Rismaharini, dan sekarang dilanjutkan Eri Cahyadi-Armuji.
"Faktor ini secara perlahan namun pasti menyebabkan terjadinya transformasi warna PDIP ke dalam corak manajemen Pemerintahan Kota Surabaya, sehingga lambat laun juga berpengaruh pada meningkatnnya perolehan suara PDI-P sebagai wujud apresiasi warga Surabaya atas keberhasilan tersebut," jelas Ikhsan.
Faktor ketiga, ungkap Ikhsan adalah kepemimpinan PDIP Kota Surabaya yang mampu mengoptimalkan kinerja seluruh bagian mesin partai secara kompak dan sinergis.
"Kerja politik PDIP Kota Surabaya ini dapat sepenuhnya diterima oleh masyarakat Surabaya sebagai kerja melalui program-program dan kegiatan yang langsung menyetuh pada jantung problematika kehidupan sehari-hari warga Surabaya dan secara riil buahnya dapat dinikmati oleh masyarakat," jelasnya.
Faktor ke-4, lanjut Ikhsan, PDIP Surabaya tampil konsisten sebagai partai yang berhasil mengelola potensi masalah internal di antara kader partai dengan damai sehingga tidak berujung pada lahirnya konflik yang terekspose keluar oleh media dan mengganggu kinerja partai.
"Sebaliknya, beberapa partai lain di Surabaya gerak politiknya justru tertahan akibat disharmoni dan konlik internal," tandasnya.
Kelima, lanjut Ikhsan, PDIP berhasil berhasil mencetak kader-kader yang rajin turun ke bawah untuk menyapa dan hadir di tengah-tengah masyarakat Surabaya maupun di basis massa konstituennya.
Para kader ini membaur dengan masyarakat untuk menyerap berbagai aspirasi dari masyarakat sebagai wujud kepedulian partai kepada masyarakat maupun dalam rangka menjalankan suatu program tertentu.
"Keenam, PDIP juga merupakan partai yang secara konsisten dapat menghadirkan simbol-simbol partai berupa alat peraga maupun atribut kampanye, di tengah-tengah masyarakat terus menerus dari waktu ke waktu, sehingga awareness masyarakat terhadap PDI-P tetap tinggi bahkan meningkat," jelasnya.
"Sebagai contoh saat ini hampir tidak ada jengkal ruang publik di kota Surabaya yang tidak didapati baliho, spanduk, dan bendera PDIP," lanjutnya.
Ketujuh, Ikhsan menambahkan adanya sosok Ganjar Pranowo yang secara resmi diusung oleh PDIP sebagai capres untuk Pemilu 2024. Hal itu membawa dampak signifikan yakni coattail effect untuk elektabilitas PDIP di Kota Surabaya.
(dpe/fat)