Sebanyak 558 SD Negeri di Ponorogo ada 5 SD yang tidak mendapat murid sama sekali. Kelima SD tersebut SDN 2 Munggu, SDN Jalen, SDN 3 Babadan, SDN 1 Duri, Slahung, SDN 2 Tegalombo.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengatakan adanya fenomena penurunan jumlah murid di SD ini bisa dipengaruhi beberapa faktor. Mulai dari jumlah kelahiran menurun, orang tua peduli dengan ilmu agama sebagai pondasi, guru di sekolah swasta yang friendly.
"Kalau guru swasta dengan murid itu friendly banget, mindset itu harus disampaikan ke guru-guru negeri, sekarang anak-anak beda dengan anak dulu. Anak sekarang butuh ditemani, butuh friendly, sahabat seperti waktu bermain," tutur Giri kepada wartawan, Selasa (18/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Giri menerangkan butuh kolaborasi aktif antara guru, murid dan para orang tua untuk menekan pergaulan bebas, membatasi gadget agar pendidikan anak jadi keren.
"Kita pertahankan (SD Negeri di desa) tapi kita juga tidak bersaing dengan Kemenag atau lembaga sekolah lain, dimana saja boleh sekolah tapi jangan sampai SD ada gurunya tapi tidak ada muridnya, upaya itu yang harus kita cari,"papar Giri.
Politisi PDIP itu menambahkan pihaknya ingin mempertahankan keberadaan SD di tiap desa sebagai wujud pemerintah hadir. Dia tidak ingin ada sekolah lengkap dengan fasilitas bangunan dan guru namun tidak ada murid.
"Nah hari ini kita yang kesulitan bagaimana SD tetap berjalan, saya mengimbau kepada aparat desa, guru, ASN dan perangkat desa untuk menyekolahkan anaknya di SD terutama di SD Negeri," tegas Giri.
Bapak tiga orang anak ini menegaskan bahwa kualitas SD sekarang sudah bagus. Jika soal agama, melalui Perbup ada aturan tiap lulus SD harus hafal juz amma.
"Saat ini problemnya adalah angka kelahiran menurun. Butuh di regrouping, tapi jaraknya jangan terlalu jauh. Supaya pemerintah tetap hadir," imbuh Giri.
Menurutnya, zaman dulu tiap desa bisa ada 3 hingga 4 SD Negeri karena pemerintah sedang menggalakkan sekolah. Kemudian tahun 1986 juga, tiap kecamatan ada 2 SMP.
"Tapi kan sekarang problemnya adalah angka kelahiran semakin menurun, butuh di regrouping jangan sampai satu desa tidak ada sekolah, negara harus hadir di desa itu melalui pendidikan," pungkasnya.
(abq/fat)