Warga Banyuwangi patut bangga, keunggulan program Smart Kampung menjadi materi menarik yang dipaparkan Bupati Ipuk Fiestiandani di depan 10 delegasi negara anggota ASEAN Smart City Network (ASCN) di Bali.
Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu daerah yang dipilih sebagai perwakilan Indonesia untuk turut serta dalam pertemuan negara se Asean tersebut.
"Banyuwangi dipilih menjadi salah satu perwakilan Indonesia dalam ASEAN Smart City Network bersama antara lain Jakarta dan Makassar. Kemarin kami memaparkan perjalanan layanan digital di Banyuwangi yang dimulai sejak 2015 dengan program Smart Kampung," ujar Ipuk saat ditemui, Jumat (14/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Banyuwangi hadir sebagai tamu undangan memaparkan perkembangan program Smart Kampung dan sistem digitalisasi di Banyuwangi dalam forum internasional yang dibuka oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian.
Ipuk menjelaskan Smart Kampung yang dikembangkan di Banyuwangi merupakan program pengembangan desa terintegrasi yang memadukan penggunaan TIK dengan kegiatan ekonomi produktif, kreatif, peningkatan pendidikan-kesehatan, pelayanan publik, dan upaya pengentasan kemiskinan. Dalam program ini, digitalisasi juga menjadi salah satu poin penting yang dipraktekkan. Lewat digitalisasi, lanjut Ipuk, pelayanan publik bisa berjalan lebih efektif dan cepat.
"Program Smart Kampung untuk memudahkan pelayanan publik hingga tingkat desa, yang dipadu dengan pemberdayaan. Ujungnya adalah meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi warga," tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Ipuk mengaku senang dapat menggali berbagai inovasi baru di dunia internasional dalam tata kelola kota cerdas. Seperti halnya yang disampaikan oleh masing-masing ASCN National Representatives (NRs) dan Chief Smart City Officers (CSCOs). Ataupun narasumber yang khusus didatangkan seperti Ngy Chanphal dari Kamboja.
"Ada banyak gagasan menarik yang kita dapatkan. Ini nantinya akan kami kaji lebih lanjut, mana yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan masyarakat Banyuwangi,"jelasnya.
Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Administrasi Kewilayahan (Adwil) Kemendagri sekaligus ASCN National Representatives untuk Indonesia Safrizal ZA menyebutkan, Banyuwangi adalah salah satu percontohan daerah yang menerapkan smart city dengan baik.
"Di Indonesia ada beberapa daerah yang dijadikan percontohan smart city. Di antaranya DKI Jakarta untuk level provinsi, Makasar untuk kota dan Banyuwangi untuk kabupaten," terangnya.
Menurut Safrizal, inti pembangunan perkotaan cerdas di Indonesia tidak melulu berorientasi pemutakhiran teknologi dan digitalisasi. Melainkan hal itu menyasar pada penerapan pengelolaan perkotaan yang berfokus pada peningkatan kemampuan pemerintah untuk dapat memahami persoalan masyarakat, memberikan solusi, serta kemudahan.
"Banyuwangi adalah contoh yang tepat. Di mana dengan keterbatasan anggaran mampu mengimplementasikan pelayanan publik berbasis digital. Bahkan, Banyuwangi bisa dibilang berhasil meningkatkan geliat ekonomi daerahnya," ungkap Safrizal.
Wujud nyata dari implementasi Smart Kampung juga terlihat dari angka kemiskinan yang mampu di tekan oleh Pemkab Banyuwangi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kenaikan kemiskinan di Banyuwangi selama masa pandemi 2020-2021 hanya 0,01 persen, merupakan kenaikan kemiskinan terendah di Jatim. Per 2022, angka kemiskinan Banyuwangi 7,5%. Merupakan yang terendah dalam sejarah Banyuwangi sejak Indonesia merdeka.
Menariknya, imbuh Safrizal, Banyuwangi memiliki keunikan. Prinsip-prinsip smart city mampu diaplikasikan di daerahnya yang merupakan daerah pedesaan.
"Hal ini menjadi pembelajaran penting. Apalagi hal tersebut berkorelasi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya," pungkasnya.
(hil/fat)