Wahyudi langsung sigap memberi aba-aba para pengendara yang hendak melintas di pelintasan sebidang di Desa Labanasem, Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi. Ia memberi aba-aba ke pengendara melalui tangan dan bendera kecilnya bahwa akan ada kereta api (KA) yang hendak melintas.
Wahyudi merupakan pengatur lalu lintas dan penjaga pelintasan sebidang tanpa palang pintu di desa setempat itu. Pekerjaannya ini tergolong vital, namun ia lakukan secara sukarela.
Pria 40 tahun ini memulai pekerjaannya sejak pukul 07.00 WIB hingga 10.00 WIB. Selama 3 jam ini, ia siaga penuh mengatur lalu lintas dan menjaga pelintasan saat ada kereta yang hendak melintas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesekali ia tampak menyeruput kopi hitam yang ditaruh di atas rumput pinggir jalanan. Tak peduli debu jalanan mengotori cangkir kopinya tapi minuman itu lah satu-satunya booster penyemangat pagi dan penyeka bibir yang mengering.
Wajah ramahnya kerap melempar senyum pada pengguna jalan. Tak jarang pengendara hanya mengacuhkan Wahyudi namun ada pula yang mengulurkan recehan Rp 500 hingga Rp 2 ribu.
Tak jarang niat mulianya berbuah umpatan saat pengendara berebutan tak mau diatur dan nekat menerobos saat ada kereta pi hendak melintas. Namun ia tetap jalani pekerjaan itu demi menghindari kecelakaan yang ditimbulkan.
![]() |
"Niat saya itu biar tidak ada kecelakaan lagi untuk wilayah palang pintu desa Labanasem ini tapi terkadang susah diatur dan diminta tertib kadang sampai marah-marah ke saya," kata Wahyudi sambil mengelus dada.
Wahyudi rupanya sudah kenyang dengan pengalaman seperti itu. Ia mengisahkan pernah ada mobil yang enggan berhenti dan malah memarahinya. Ketegasan Wahyudi saat itu kemudian diuji, ia balik memarahi pengendara itu demi menghindari kecelakaan.
"Padahal pernah kejadian waktu itu di hari Kamis, sudah saya setop karena ada kereta dari arah utara itu mobilnya. Maunya gak berhenti padahal kereta sudah mau lewat," tutur Wahyudi.
"Kan sudah saya peringatkan malah marahi saya. Sampai saya bilang saya itu gak mau uang sampean, tapi tolong jangan ngeyel ini bahaya," tegasnya dengan nada bergetar.
Sedangkan untuk penghasilan, Wahyudi menyebut tak menentu. Dalam sehari, ia biasanya mengantongi uang dari pemberian pengendara Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu. Penghasilannya juga biasanya ditentukan momen liburan Hari Raya seperti pada Fitri dan Idul Adha. Pada saat itu, ia bisa mengantongi Rp 100 ribu hingga Rp 125 ribu. Seberapapun besarnya uang yang ia dapatkan, ia selalu ikhlas menerimanya.
"Ada penghasilan Alhamdulillah meski tidak seberapa, dari mereka yang ikhlas itu kalau sebulan ya tidak bisa pasti cuma rata-rata ya Rp 1,2 jutaan," tuturnya.
Wahyudi tidak sendirian menjaga dan mengatur lalu lintas di pelintasan sebidang. Sebab ada 4 relawan lain yang bergantian bertugas setiap 2 jam sekali. Ia mengaku pekerjaan ini telah melakukan koordinasi dengan PT KAI dan Dishub terkait jadwal kereta api yang melintas dan sosialisasi terkait keamanan perlintasan.
(abq/iwd)