Seorang pemuda di Bojonegoro berani mengkritik Bupati Anna Mu'awanah melalui media sosial. Pemuda tersebut menyorot sektor pendidikan, utamanya Bojonegoro yang tidak mempunyai kampus negeri. Aksinya tersebut mengingatkan orang pada Bima yang mengkritik jalan rusak di Lampung.
Pemuda itu bernama Maulana Arjun. Dia mengunggah video bernada kritik kepada Bupati Anna melalui akun Instagram pribadinya @tongas_at.
"Sukses membangun Bojonegoro? Sekedar mengingatkan apa kabar dengan program studi di luar kampus utama polinema yang ada di Bojonegoro? Apakah tidak memberikan izin berdiri kampus negeri di kota kami bisa dikonversikan sebagai kesuksesan?" ucap Arjun yang berdiri dengan latar belakang baliho bergambar Bupati Anna seperti dilihat detikJatim, Rabu (7/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Arjun, para pemuda Bojonegoro sudah selayaknya merasakan punya kampus negeri di kota kelahirannya sendiri. Selama ini Arjun melihat bupati terlalu fokus membangun jalan.
"Mana janji ngayomi lan ngopeni kalau pada akhirnya membunuh mimpi para pemuda pemudi yang ingin mencicipi perguruan tinggi negeri di kotanya sendiri. Terlalu fokus membangun jalan tapi menelantarkan pendidikan. Bukankah itu sama saja dengan jangan biarkan warga bojonegoro menjadi pintar. Bukankah begitu bupatiku?" tambahnya sembari menyodorkan HP ke arah baliho seolah-olah sedang bertanya langsung ke Bupati Anna.
"No comment" kata Arjun langsung menyahut dan menjawab sendiri pertanyaan yang ia ajukan.
Di akhir video dia memberikan caption: "Inilah ujaran kebencian tanpa bekingan part 1. Jika video ini ter-take down berarti ada unsur campur tangan pihak tertentu yang mencoba membungkam sebuah fakta."
detikJatim telah menghubungi Arjun melalui telepon. Pemuda berusia 22 tahun itu menjelaskan bahwa apa yang ia sampaikan adalah bentuk keresahannya melihat wajah pendidikan Bojonegoro.
"Ini keresahan saya dari dulu banget, waktu saya masih kuliah, denger kabar kalau kampus saya nggak di sana lagi," katanya.
Arjun merupakan alumnus PDD Polinema Bojonegoro. Dia lulus tahun 2020 dan kini menetap di Surabaya. Itu adalah angkatan terakhir sebelum akhirnya kampus ditutup.
Sesuai aturan Kemenristekdikti pada tahun 2020, AKN dengan program D-2 di sejumlah wilayah penyelenggara di Indonesia mulai dihentikan. Pemerintah Daerah sebenarnya bersama Perguruan Tinggi pembina sebenarnya bisa mengajukan ke Kemenristekdikti untuk menjadi Program Studi Diluar Kampus Utama (PSDKU) dengan jenjang yang lebih tinggi yakni D3/D4. Namun, saat itu tidak ada langkah jelas hingga akhirnya kampus ditutup.
Ini lah salah satu yang kemudian ikut disesalkan oleh Arjun.
"Saya lulusan terakhir PDD Polinema, angkatan terakhir yang merasakan perguruan tinggi negeri di Bojonegoro. Kampus tutup sejak 2020. Bojonegoro kan terkenal kota minyak, kaya, mau sampai kapan membanggakan minyak yang kita semua tahu ini sumber energi yang nggak bisa diperbarui. Nanti kalau minyak habis, Bojonegoro mau dibawa ke mana?" tukas Arjun.
(hil/dte)