Cerita Warga Kota Malang Terdampak Air PDAM Mati hingga Mandi di Sungai

Cerita Warga Kota Malang Terdampak Air PDAM Mati hingga Mandi di Sungai

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Senin, 05 Jun 2023 21:00 WIB
PDAM Kota Malang mati
Salah satu warga mandi di sungai karena air PDAM mati (Foto: M Bagus Ibrahim)
Kota Malang -

Air PDAM Kota Malang atau Perumda Tugu Tirta mati kerap kali dirasakan oleh Juwari (65). Pria yang tinggal di jalan Kalisari, RT 03 RW 02, Kelurahan Wonokoyo, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, itu mengaku saking seringnya air mati membuat warga jadi menganggapnya sebagai hal yang biasa.

Bahkan Juwari mengaku dalam satu bulan air mati di wilayah tempat tinggalnya sudah terjadi dua kali. Pertama terjadi pada akhir bulan Mei 2023 dan air mati kedua terjadi pada Senin 5 Juni 2023. Juwari sendiri mengetahui dari medsos air mati karena terjadi kebocoran pipa di wilayah Pulungdowo.

"Kalau kejadian pertama itu saya lupa tanggal tepatnya kalau enggak 23 ya 25 Mei 2023. Itu sempat air mati selama kurang lebih 2 hari. Ini belum lama mati lagi mulai pukul 06.30 WIB tadi pagi sampai 13.15 WIB air belum hidup. Yang hidup barusan di Jalan Kalisari bagian barat, kalau timur belum," ujar Juwari kepada detikJatim, Senin (5/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juwari sebagai pelanggan yang bergantung pada Perumda Tugu Tirta Kota Malang hanya bisa bertanya-tanya kenapa air mati berulang kali terjadi. Layaknya warga pada umumnya, dia hanya berkeinginan bisa mengakses air tanpa sering mengalami gangguan yang selama ini dialaminya dan warga setempat.

PDAM Kota Malang matiWarga memandangi selang air yang tak memancarkan air karena PDAM mati (Foto: M Bagus Ibrahim)

"Ya kan kami membayar setiap bulan, harapannya bisa mendapatkan pelayanan sesuai dengan apa yang seharusnya kami terima sebagai konsumen. Tapi bagaimana lagi pada kenyataannya sering terjadi berkali-kali air mati gini. Bahkan ada yang pernah lama dulu sampai satu bulan lebih," ungkap Juwari.

ADVERTISEMENT

Jalan satu-satunya yang dipilih oleh Juwari dan warga setempat adalah memanfaatkan air sungai untuk mandi atau mencuci. Tapi hal itu hanya bisa dilakukan ketika cuaca cerah atau air dalam kondisi bersih. Ketika air sungai tidak bisa digunakan, Juwari hanya bisa bergantung meminta air kepada warga yang airnya hidup.

"Dulu pada saat pandemi COVID-19 itu kalau gak salah antara tahun 2020 atau 2021 itu pernah air mati lama. Kemudian warga dapat bantuan air tangki dari PDAM Kota Malang. Cuman warga tidak mau lagi memanfaatkan bantuan tangki air lagi karena trauma setelah kenak pungutan biaya," kata dia.

"Dulu tangki datang, kemudian orang-orang ambil air lah dari tangki. Setelah air hidup kemudian orang yang ketempatan tangki air itu tagihannya membengkak. Pernah ibu RT datang ke kantor PDAM untuk menanyakan perihal itu tapi gak ada solusi, itu jadi pengalaman dan warga tidak mau pakai tangki lagi meski katanya gratis," sambungnya.

Sementara itu, warga lain yang tinggal di Jalan Kalisari, Kelurahan Wonokoyo, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Sunoto (58) itu juga merasakan hal serupa. Ia berharap Pemkot Malang benar-benar memperhatikan permasalahan yang membuat air di tempat tinggalnya berulang kali mati.

"Kalau saya sih sudah pasrah. Kalau air mati saya mandi di sungai, kalau istri sama anak tetap di rumah selama air tandon masih ada. Tapi kalau habis ya minta ke rumah warga yang air hidup. Untuk masak atau minum itu juga gak bisa ambil ke sungai, kami hanya bergantung pada rumah yang airnya hidup," terangnya.

"Keinginan saya sih sebenarnya gak muluk-muluk. Sportif aja kan kami membayar untuk mendapatkan air, ya harapannya apa yang kami dapat sesuai bukannya mati-mati gini. Semoga pemerintah bisa menangani masalah dan bisa lebih baik lagi (pelayanan kepada masyarakat)," tandas Sunoto.




(abq/iwd)


Hide Ads