Riwayat Pembangunan Gedung Ngagel Surabaya Sampai Mangkrak 20 Tahun

Riwayat Pembangunan Gedung Ngagel Surabaya Sampai Mangkrak 20 Tahun

Esti Widiyana - detikJatim
Senin, 29 Mei 2023 20:59 WIB
Gedung mangkrak Jalan Ngagel Surabaya.
Gedung mangkrak Jalan Ngagel Surabaya. (Foto: Wisnu Setiadarma/detikJatim)
Surabaya -

Di balik kemegahan gedung-gedung di Surabaya, ada sejumlah bangunan besar yang mangkrak dan menjadi pengganggu pemandangan kota. Salah satunya bangunan megah yang sudah mangkrak selama 20 tahun di sudut Jalan Ngagel-Jalan Upa Jiwa, Surabaya.

Gedung yang secara fisik sudah nyaris tuntas itu sejatinya hendak difungsikan sebagai Trade Mall Center. Namun, pengembang yang kabarnya berasal dari Singapura menghentikannya begitu saja. Pembangunan gedung itu terhenti sejak sekitar 2002 atau 2003 dan belum ada tanda-tanda dilanjutkan hingga sekarang.

"Kalau swasta baik gedung lama maupun gedung baru atau gedung sudah jadi tapi tidak dimanfaatkan karena suatu hal itu bisa mangkrak. Itu tanggung jawab pemilik gedung," kata Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya Baktiono kepada detikJatim, Senin (29/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baktiono menyebutkan bahwa status gedung mangkrak itu hak milik. Namun, dulu tanah tempat bangunan itu berdiri adalah milik BUMN yang kemudian dibebaskan yang mana pada bagian depannya ada minyak bumi yang dipompa secara otomatis.

"Depannya itu PN gas, ada pompa gas alam. Dulu sebelah sungai milik PN gas ada minyak bumi yang dipompa secara otomatis di daerah Ngagel dan Wonocolo, Bendul Merisi. Sampai gedung mangkrak itu kan BUMN," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Pembebasan lahan milik BUMN hingga akhirnya dikuasai oleh swasta itu, kata Baktiono, terjadi sekitar tahun 2000-an. Bahkan Baktiono yang pada saat itu menjadi Ketua Komisi Pembangunan turut hadir saat akan dibuka.

"Saya waktu ketua komisi pembangunan tahun 2002/2003. Saya diundang mulai pembangunan sampai setengah jadi. Kelihatannya milik investor asal Singapura," ujarnya.

Baktiono menjelaskan bahwa faktor utama yang membuat gedung itu mangkrak, salah satunya karena sepinya peminat. Sehingga tidak ada perputaran uang untuk melanjutkan pembangunan tersebut.

Gedung mangkrak Jalan Ngagel Surabaya.Gedung mangkrak Jalan Ngagel Surabaya. (Foto: Wisnu Setiadarma/detikJatim)

"Tidak laku dijual stannya, kurang peminat. Mau bangun kan sudah dijual stan, kurang peminat. Kalau laku pasti diteruskan. Kalau ada peminat ada yang bayar dan untuk muter pembangunan, karena tidak ada peminat mungkin tidak berani investasi sampai pinjam ke bank atau bagaimana," katanya.

Politikus PDI Perjuangan (PDIP) ini menyebutkan bahwa tidak hanya bangunan di Jalan Raya Ngagel itu saja yang mangkrak. Ada sejumlah bangunan lain di Surabaya yang mangkrak selama 30 tahun. Salah satunya bangunan Jalan Embong Malang yang juga setengah jadi tapi tidak dilanjutkan.

Baktiono menyebutkan bahwa Pemkot Surabaya sudah berusaha mendorong agar gedung-gedung itu berfungsi lagi sehingga tidak mengganggu keindahan kota. Contohnya di Jalan Tunjungan, ada gedung kuno zaman belanda mangkrak yang dulu ramai sebagai pusat perdagangan pada tahun 80-an hingga 2000-an.

Lantaran ada pembangunan kota secara menyeluruh, akhirnya pusat perbelanjaan itu pindah ke tempat lain dan akhirnya gedung yang sebelumnya ditempati mangkrak.

Khusus untuk kawasan Jalan Tunjungan, pemkot yang hendak menghidupkan kembali sebagai ikon Surabaya memfungsikan kembali gedung-gedung cagar budaya itu dengan pemberian diskon PBB dan fasilitas lainnya agar kembali hidup. Ada yang menjadi hotel, sentra kuliner, dan lainnya.

"Saat ini harus bisa menyampaikan, kalau pemkot memfasilitasi seperti Jalan Tunjungan nggak mungkin. Paling tidak dari perkumpulan real estate Indonesia yang bisa memfasilitasi. Supaya gedung swasta yang mangkrak bisa bangkit lagi," urainya.

Ia menyebutkan bahwa bangunan mangkrak di Jalan Raya Ngagel seharusnya bagus untuk dihidupkan lagi. Apalagi di depan gedung tersebut ada sungai. Hanya saja, dia pesimistis lantaran kawasan itu kurang menarik dan kalah pamor dengan kawasan lainnya.

"Di daerah itu (Ngagel) mestinya bagus, tergantung pemilik gedung apakah itu BUMD, BUMN. Tergantung bagaimana niatnya untuk ikut mengembangkan kawasan Kota Surabaya," tukasnya.




(dpe/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads