Ulang Tahun Perpustakaan Nasional (Perpusnas) akan dirayakan pada 17 Mei 2023. Berikut ini sejarah pajang Perpusnas.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) merupakan lembaga pemerintah nonkementerian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Perpusnas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perpustakaan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perpusnas merayakan ulang tahun setiap 17 Mei. Itu berdasarkan tanggal pendiriannya di tahun 1980. Sebelum menjadi Perpusnas, lembaga negara ini telah mengalami sejarah panjang dalam pendiriannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 8 Tempat Berburu Buku Bekas di Surabaya Raya |
Ulang Tahun Perpustakaan Nasional:
1. Sejarah Panjang Perpusnas
Mengutip situs resmi Provinsi DKI Jakarta, Bataviaasch Genootschap merupakan pelopor dari Perpustakaan Nasional di zaman kolonial Belanda yang didirikan pada 24 April 1778.
Cikal bakal dari Perpusnas yang telah ada sejak abad ke-19 itu memiliki nama lengkap Bataviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschap. Itu seperti yang disebutkan Sulistyo Basuki dalam paper Perpustakaan Nasional dan Asosiasi Pustakawan di Indonesia Dilihat dari Segi Sejarah.
Bataviaasch Genootschap dibubarkan pada 1950. Gantinya yakni Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia. Lalu mengalami perubahan nama dan menjadi Perpustakaan Museum Nasional.
Sri Wahyuningsih dalam skripsinya berjudul Perkembangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (1989-2001), menyebutkan bahwa pada 25-27 September 1954 diselenggarakan Konferensi Perpustakaan Seluruh Indonesia pertama.
Muhammad Yamin selaku Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Indonesia pada saat itu, menyampaikan gagasan dan pemikiran akan perlunya sistem nasional perpustakaan.
Gagasan itu terwujud seiring dikeluarkannya TAP MPRS Nomor I dan II tahun 1960, yang menyatakan bahwa di Kotapradja Djakarta Raya akan didirikan Perpustakaan Nasional.
Kemudian di tahun 1966, disusunlah Rancangan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Indonesia tentang pembentukan Perpustakaan Nasional.
Pada 1980, dibentuk Perpustakaan Nasional di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor 0164/0/1980, yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Indonesia, Daoed Yoesoef. Perpustakaan Nasional didirikan di Jakarta pada 17 Mei 1980.
Dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan terbitnya Keppres RI Nomor 11 Tahun 1989 tentang Perpustakaan Nasional pada 6 Maret 1989, status kelembagaan Perpustakaan Nasional ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden, serta berlaku hingga kini.
Mengutip detikJabar, Perpustakaan Museum Nasional yang digabung ke Pusat Pembinaan Perpustakaan pada 1980, kemudian disatukan menjadi bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada 1989.
Disebutkan perubahan Perpusnas menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen karena semakin banyaknya tugas-tugas yang harus dilakukan oleh Perpusnas, sebagai institusi yang menyelenggarakan pengembangan dan pembinaan perpustakaan, dalam rangka pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan pelayanan informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan. Perpusnas juga bertugas dalam mengupayakan peningkatan minat baca masyarakat Indonesia.
2. Ulang Tahun Perpusnas Ke-43
Perpustakaan merupakan suatu akses terhadap ilmu pengetahuan bagi masyarakat. Maka dari itu, kehadirannya sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya budaya gemar membaca di masyarakat, melalui pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sebagai suatu sumber informasi.
Mengutip laman resmi Perpusnas, dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan Tahun 2023, Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Ofy Sofiana menyebut ada 3 permasalahan yang masih menjadi pekerjaan rumah dari seluruh stakeholders, yakni masih kurangnya buku, belum optimalnya layanan perpustakaan, dan kurangnya tenaga perpustakaan.
Ulang Tahun Perpusnas bertema 'Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial untuk Kesejahteraan, Solusi Cerdas Pemulihan Ekonomi Masyarakat Pasca Pandemi Covid-19'. Ini menjadi pengingat bagi Perpusnas maupun perpustakaan di setiap daerah untuk bersinergi, guna mempercepat tercapainya peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan mengimplementasikan amanat yang tercantum dalam UUD 1945 yaitu mencerdaskan anak bangsa.
Harapannya, program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial atau TPBIS berdampak pada kemudahan akses terhadap ilmu pengetahuan, terbangunnya inovasi dan skills, kemudahan akses terhadap permodalan melalui kerja sama/kemitraan, dan mengubah mindset dan perilaku masyarakat dari budaya malas menjadi masyarakat yang literat serta produktif.
3. Perpustakaan di Jawa Timur
Itu sejalan dengan seruan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada Hari Buku Sedunia, April lalu, untuk terus mendorong peningkatan minat baca sekaligus literasi bagi masyarakat di era digital saat ini.
Mengutip laman Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, Khofifah menyebut tingginya minat baca akan menghindarkan masyarakat dari hoaks dan disrupsi informasi di era digital.
Diketahui, pada tahun lalu Jatim mendapat penghargaan dari Perpustakaan Nasional sebagai provinsi dengan jumlah perpustakaan terakreditasi terbanyak di Indonesia. Total perpustakaan yang terakreditasi dan mendapat sertifikat sebanyak 2.096. Khofifah menyebut perpustakaan merupakan upaya meningkatkan minat baca masyarakat.
"Perpustakaan-perpustakaan ini kami bangun untuk memfasilitasi masyarakat. Sehingga minat baca dan literasi masyarakat juga turut terdongkrak," ujarnya.
(sun/iwd)