Mufi Biahdi (25) tak henti-hentinya bersyukur karena bisa lolos dari konflik perang di Sudan. Warga Desa Jatitengah, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar ini sempat terjebak di negeri Afrika itu.
Kini, mahasiswa International University of Africa (IUA) itu telah dievakuasi dan bisa berkumpul dengan keluarganya di Blitar. Mahasiswa jurusan Dirasat Islamiah ini lalu menceritakan pengalamannya saat perang di Sudan pecah.
Menurutnya, lokasi kampus dan kontak senjata saat perang cukup dekat. Sehingga saat perang terjadi, ia menyaksikan sendiri bagaimana rentetan tembakan dan ledakan mulai terdengar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kejadian itu terjadi pertama kali tanggal 15 sekitar 10 hari terakhir Ramadhan. Saat itu saya sedang iktikaf, lokasinya sekitar 5 km jadi titik ledakan dan tembakan. Cukup terdengar keras," tutur Mufi kepada detikJatim, Rabu (10/5/2023).
Mufi menyebut ledakan dan tembakan senjata api juga terdengar di sekitar asrama putri kampusnya. Di situ merupakan salah satu markas paramiliter Sudan. Sehingga suasana kampus saat itu terasa mencekam saat perang.
"Belakang kampus itu markas paramiliter, jadi kemungkinan di situ diserang pertama kali. Dengar suara ledakan tembakan dan suasananya mencekam. Suara tembakan dan jet terlihat berkeliling," katanya.
Menurutnya, para mahasiswa mengira kejadian itu merupakan aksi saling serang biasa antara paramiliter dan militer Sudan. Sebab, aksi bentrokan atau serangan senjata itu sudah sering terjadi sejak kudeta presiden pertama kali pada akhir tahun 2018.
Setelah serangan pertama, suasana mencekam berlangsung beberapa hari hingga Idul Fitri. Bahkan saat malam takbiran, suara tembakan masih terdengar. Namun demikian, saat salat Id bisa dilaksanakan dengan aman meskipun hanya diikuti sebagian dari mahasiswa.
"Suara tembakan masih terdengar, jarak sekitar 10-15 km. Tapi alhamdulillah tetap bisa salat Id dengan aman," terangnya.
KBRI pun akhirnya menyatakan siaga 1 dan melakukan evakuasi pada mahasiswa yang berada di Sudan. Para mahasiswa pun dipulangkan secara bergantian ke daerah masing-masing. Termasuk Mufi yang berhasil kembali ke rumah ke Blitar dengan selamat.
Meskipun telah di rumah, Mufi berharap bisa segera menyelesaikan studinya. Sebab, dia berada di semester akhir perkuliahan. Dia pun mengharapkan ada kuliah online yang disediakan oleh pihak kampus.
"Perwakilan PPI sudah mencoba koordinasi dengan pemerintah untuk kelanjutan studi kami. Karena kalau kembali lagi tiketnya mahal, belum lagi kondisi di sana belum cukup kondusif," ujar Mufi.
Para mahasiswa sempat ditawari untuk transfer/pindah kuliah di Indonesia. Namun, beberapa mahasiswa enggan menerima tawaran tersebut karena sudah berada di akhir semester.
"Eman ilmu dan gelarnya nanti kalau pindah di sini, bagi mahasiswa semester akhir ya harapannya bisa segera ada kuliah online dan bisa segera lulus. Pun kalau harus kembali kesana (Sudan), kami harap segera kondusif keadaannya," tandasnya.
Mufi Biahdi merupakan mahasiswa Blitar yang menerima beasiswa dari IUA. Dia bercita-cita lulus dan mendapatkan gelar dari jurusan Dirasat Islamiah sejak berada di Pondok Pesantren.
(abq/iwd)