Orang yang Punya Utang Puasa Ramadhan Boleh Berpuasa Sunnah Syawal?

Orang yang Punya Utang Puasa Ramadhan Boleh Berpuasa Sunnah Syawal?

Nanda Syafira - detikJatim
Sabtu, 22 Apr 2023 18:41 WIB
Ilustrasi Muslim Puasa
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/AndreyPopov
Surabaya -

Orang yang punya utang puasa Ramadhan boleh berpuasa sunnah Syawal? Berikut ini jawabannya.

Mengutip situs resmi Nahdlatul Ulama (NU), bagi seseorang yang tidak memiliki tanggungan puasa wajib (qada puasa Ramadhan, puasa nazar) maka puasa Syawal hukumnya sunnah.

Namun, bagi seseorang yang memiliki utang puasa wajib atau puasa Ramadhan karena uzur (misalnya haid, sakit, perjalanan jauh, dan lainnya) maka hukumnya makruh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan bagi mereka yang utang puasa Ramadhan karena kesengajaan tanpa ada uzur, maka hukumnya haram. Sebab, diwajibkan untuk menunaikan puasa yang sifatnya wajib terlebih dahulu, baru berpuasa sunnah Syawal.

Seseorang yang melaksanakan qada puasa wajib atau menunaikan nazar puasa di bulan Syawal, tetap memperoleh keutamaan seperti mereka yang melakukan puasa sunah Syawal.

ADVERTISEMENT

Salah satu rukun puasa yakni membaca niat. Sebagaimana hadis berdasarkan sabda Rasulullah SAW berikut ini.

عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول " إنما الأعمال بالنيات , وإنما لكل امرئ ما نوى , فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله , ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها و امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه

Artinya: Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya'.

Saat melafalkan niat, seseorang menyatakan maksudnya (qashad) untuk berpuasa. Di samping qashad, seseorang juga menyebutkan status hukum wajib atau sunah perihal ibadah yang akan dilakukan. Hal ini disebut ta'arrudh. Sedangkan hal lain yang mesti diingat saat niat adalah penyebutan nama ibadahnya (ta'yin).

Itu juga mesti dilakukan dalam melaksanakan puasa sunah Syawal, namun ada perbedaan pendapat di kalangan ulama perihal ta'yin. Sebagian ulama menyatakan bahwa seseorang harus melafalkan 'puasa sunah Syawal' saat niat di dalam batinnya. Sedangkan sebagian ulama lain menyatakan bahwa tidak wajib ta'yin. Hal ini dijelaskan oleh Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami sebagai berikut.

(وْلُهُ نَعَمْ بَحَثَ إلَخْ (عِبَارَةُ الْمُغْنِي وَالنِّهَايَةِ وَالْأَسْنَى فَإِنْ قِيلَ قَالَ فِي الْمَجْمُوعِ هَكَذَا أَطْلَقَهُ الْأَصْحَابُ وَيَنْبَغِي اشْتِرَاطُ التَّعْيِينِ فِي الصَّوْمِ الرَّاتِبِ كَعَرَفَةَ وَعَاشُورَاءَ وَأَيَّامِ الْبِيضِ وَسِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ كَرَوَاتِبِ الصَّلَاةِ أُجِيبُ بِأَنَّ الصَّوْمَ فِي الْأَيَّامِ الْمَذْكُورَةِ مُنْصَرِفٌ إلَيْهَا بَلْ لَوْ نَوَى بِهِ غَيْرَهَا حَصَلَ أَيْضًا كَتَحِيَّةِ الْمَسْجِدِ ؛ لِأَنَّ الْمَقْصُودَ وُجُودُ صَوْمٍ فِيهَا ا هـ زَادَ شَيْخُنَا وَبِهَذَا فَارَقَتْ رَوَاتِبَ الصَّلَوَاتِ ا ه

Artinya: Perkataan 'tetapi mencari...' merupakan ungkapan yang digunakan di Mughni, Nihayah, dan Asna. Bila ditanya, Imam An-Nawawi berkata di Al-Majmu', 'Ini yang disebutkan secara mutlak oleh ulama Syafi'iyyah. Semestinya disyaratkan ta'yin (penyebutan nama puasa di niat) dalam puasa rawatib seperti puasa 'Arafah, puasa Asyura, puasa bidh (13,14, 15 setiap bulan Hijriyah), dan puasa enam hari Syawal seperti ta'yin dalam salat rawatib'. Jawabnya, puasa pada hari-hari tersebut sudah diatur berdasarkan waktunya. Seseorang yang berpuasa wajib pada waktu tersebut tetap mendapat keutamaan amalan puasa rawatib, serupa dengan salat tahiyyatul masjid. Sebab, tujuan dari puasa rawatib itu adalah pelaksanaan puasanya itu sendiri terlepas apa pun niat puasanya. Di sinilah bedanya puasa rawatib dan sembahyang rawatib.

Maka dari itu dapat disimpulkan, seseorang yang memiliki utang puasa wajib harus mengutamakan menuntaskan utang puasa tersebut terlebih dahulu. Setelah itu, diperbolehkan untuk melaksanakan puasa Syawal pada bulan tersebut atau mengqada pada bulan lainnya.




(sun/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads