Mengenal Penyakit Chagas yang Diam-diam Mematikan

Mengenal Penyakit Chagas yang Diam-diam Mematikan

Nanda Syafira - detikJatim
Rabu, 12 Apr 2023 19:28 WIB
Kissing bug nymph, SEM, penyebab chagas disease
Kissing bug/Foto: Gettyimages
Surabaya -

Hari Penyakit Chagas Sedunia diperingati setiap 14 April. Ini merupakan peringatan yang didedikasikan untuk meningkatkan wawasan masyarakat global akan penyakit ini.

Hari Penyakit Chagas Sedunia diperingati sejak 2020. Ini bermula pada 24 Mei 2019, ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengesahkan proposal untuk peringatan tersebut.

Pengesahan tersebut didukung beberapa lembaga kesehatan, universitas, pusat penelitian, dan organisasi non-pemerintah internasional. Kemudian, Federasi Internasional Asosiasi Orang yang Terkena Penyakit Chagas menetapkan 14 April sebagai Hari Penyakit Chagas Sedunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip situs WHO, tanggal 14 April dipilih sebagai Hari Penyakit Chagas Sedunia berdasarkan tanggal ketika Carlos Ribeiro Justiniano Chagas, seorang dokter dan peneliti asal Brasil, mendiagnosis adanya penyakit ini yang menjangkit tubuh seorang gadis berusia dua tahun bernama Berenice pada 1909.

Untuk Hari Penyakit Chagas Sedunia 2023, WHO mengusung tema Time to Integrate Chagas Disease Into Primary Health Care. WHO berusaha mendorong agar kini saatnya mengintegrasikan penyakit Chagas ke dalam perawatan kesehatan primer global.

ADVERTISEMENT

Hari Penyakit Chagas Sedunia:

Apa Itu Penyakit Chagas?

Mengutip situs WHO, penyakit Chagas juga dikenal sebagai trypanosomiasis amerika. Yakni penyakit yang berpotensi mengancam jiwa yang disebabkan parasit protozoa, trypanosoma cruzi atau (T cruzi) yang merupakan jenis parasit berupa serangga, seperti kutu dan kecoa yang dapat menyebabkan inflamasi dan infeksi.

Penyakit chagas disebut sebagai silent and silenced disease. Sebab penyakit ini berkembang secara perlahan dan mayoritas orang yang terjangkit tak menunjukkan gejala, atau hanya sekedar gejala ringan-ringan.

Penyakit chagas sebagian besar terjadi di Amerika Latin. Namun kini telah menyebar ke negara-negara dari benua lain dalam satu abad terakhir. Sebab ada peningkatan sarana perjalanan dan pergerakan populasi global ke dan dari Amerika Latin.

Beberapa wilayah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi menyebabkan minimnya akses ke perawatan kesehatan yang memadai. Itu pula yang menghambat tingkat deteksi yang rendah dari penyakit ini di berbagai negara.

Sekitar 8 juta orang di seluruh dunia diperkirakan telah terinfeksi penyakit ini. Dengan sekitar 30.000 hingga 40.000 kasus baru dan 12.000 angka kematian akibat penyakit ini di setiap tahunnya.

Lebih dari 25 juta orang berisiko tertular penyakit tersebut. Situs National Today menyebutkan 300 bayi yang lahir setiap tahunnya diperkirakan telah mengidap penyakit ini. Jika tak diobati, penyakit ini dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke, serta menyebabkan kematian.

Penyakit Chagas secara klinis dapat disembuhkan jika pengobatan dimulai pada tahap awal. Oleh karena itu, akses universal untuk diagnosis dan perawatan yang cepat sangatlah penting untuk menangani infeksi penyakit ini dari seluruh dunia.

Pengendalian vektor masih menjadi metode yang paling berguna untuk mencegah infeksi. Skrining darah sangat penting untuk menghindari infeksi melalui transfusi dan transplantasi organ. Skrining dan diagnosis pada wanita hamil dan anak-anak adalah tindakan pengendalian yang penting.

Bagaimana Penyakit Chagas menyebar?

WHO menyebutkan di wilayah Amerika, T cruzi ditularkan ke manusia melalui kotoran yang terinfeksi serangga triatomine penghisap darah, yang merupakan vektor penyakit. Serangga ini umumnya bersembunyi di siang hari dan menjadi aktif di malam hari saat memakan darah manusia. Terdapat berbagai cara penularan penyakit ini.

Pertama, dalam pencariannya untuk memakan darah, serangga ini biasanya menggigit area kulit yang terbuka (seperti wajah, karenanya nama umum dalam bahasa Inggrisnya, kissing bug. Tepat setelah memakan darah manusia, serangga tersebut buang air besar di dekat bekas gigitannya.

Parasit, T cruzi ditemukan di kotoran serangga, ditularkan saat orang tersebut menggosok area gigitan sebagai reaksi naluriah terhadap gatal (disebabkan oleh gigitan). Sehingga membuat kotoran bersentuhan dengan gigitan. Parasit juga dapat menular ketika parasit bersentuhan dengan selaput lendir mata atau mulut atau melalui lesi kulit lainnya.

Kedua, penularan dapat terjadi melalui makanan yang terkontaminasi yang terinfeksi oleh kotoran vektor. Ini sering menimbulkan wabah oral, terutama di iklim panas dan lembab.

Cara penularan lainnya melibatkan transfusi darah yang terkontaminasi, dan dari ibu yang terinfeksi ke anak selama kehamilan atau selama persalinan (penularan bawaan). Meskipun jarang terjadi, namun transplantasi organ atau kecelakaan laboratorium juga dapat mengakibatkan penularan.

Di luar wilayah Amerika Latin, penularan tidak terjadi melalui feses serangga yang menginfeksi, melainkan melalui jalur non-vektor. Kasus infeksi di luar Amerika Latin telah dilaporkan terjadi di antara para turis yang kembali dari daerah endemik, serta melalui kontak dengan anak angkat atau migran dari wilayah tersebut.

Globalisasi dan peningkatan perjalanan internasional serta perdagangan antara negara-negara endemik dan non-endemik, membuat tingkat penyebaran Penyakit Chagas di tingkat global semakin memprihatinkan.

Cara Mencegah Penyakit Chagas

Sejatinya, tidak ada vaksin untuk mencegah penyakit Chagas. Seperti yang disebutkan dalam laman WHO, terdapat pencegahan dan pengendalian bagi Penyakit Chagas:

1. Melakukan penyemprotan insektisida pada rumah dan sekitarnya.

2. Melakukan perbaikan rumah untuk mencegah infestasi vektor (seperti plesteran dinding, dan pemasangan lantai beton dan atap besi bergelombang).

3. Melakukan praktik higienitas yang baik dalam penyiapan, transportasi, penyimpanan, dan konsumsi makanan.

4. Melakukan skrining donor darah.

5. Melakukan pengujian donor dan penerima organ, jaringan dan sel.

6. Mematuhi protokol keselamatan standar (memakai jas laboratorium, sarung tangan, masker wajah, topi dan kacamata) untuk pencegahan kecelakaan laboratorium.

Maka dari itu, penting bagi masyarakat global untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan mengenai penyakit ini, agar dapat mencegah resiko dan meminimalisir akibat dari penyakit chagas. Selain itu, dengan adanya peringatan ini diharapkan terdapat berbagai langkah tindakan tepat yang diambil oleh pemerintah, anggota masyarakat, dan profesional kesehatan untuk menghentikan penyebarannya.




(sun/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads