Ditolak UB-ITB, Siswi SMA 3 Malang Malah Diterima di 3 Kampus Luar Negeri

Ditolak UB-ITB, Siswi SMA 3 Malang Malah Diterima di 3 Kampus Luar Negeri

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Rabu, 05 Apr 2023 17:19 WIB
Chaswanah saat mengikuti lomba debat di gedung DPRD Kota Malang.
Chaswanah saat mengikuti lomba debat di gedung DPRD Kota Malang. (Foto: Iistimewa/dok. Chaswanah)
Malang -

Kendala biaya bukan menjadi alasan untuk menggapai mimpi. Kata-kata itu sangat pas menggambarkan keteguhan Chaswanah Aini (18) warga Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Meski siswi SMA 3 Malang itu hidup dengan serba kekurangan, hal itu bukan menjadi alasan untuk berhenti atau menyerah tak lagi mengapai mimpinya. Terbukti, Chaswanah berhasil mendapat beasiswa untuk kuliah di universitas luar negeri.

Melalui Beasiswa Indonesia Maju (BIM), Chaswanah diterima di 4 program yang ada di 3 universitas luar negeri dan 1 sekolah terlepas. University of Toronto Canada, Mc Mastery University Canada, Monash University Australia, dan DeGroote School of Business Canada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anak kedua dari 3 bersaudara itu mengaku jika disuruh memilih dirinya akan memutuskan untuk masuk ke Universty of Toronto Canada. Mengingat kampus dengan program Social Sainses and humanity yang diambil sesuai dengan keinginannya sejak awal.

Chaswana menyampaikan sebenarnya kuliah di luar negeri itu merupakan mimpinya sejak kecil. Tapi mimpi itu sempat dia kubur karena melihat kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan membiayai kuliah ke luar negeri.

ADVERTISEMENT

"Memang mimpi itu sempat saya kubur dalam-dalam karena selama ini hanya ibu saya sendiri yang bekerja berjualan sayur keliling untuk menghidupi 3 anaknya. Bapak meninggal sejak saya masih usia 9 tahun," ungkap Chaswana.

Bahkan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, saat dirinya duduk di bangku SMP sempat bekerja sebagai private tutor selama 3 tahun dan juga pernah bekerja di Learning Mangement System selama 6 bulan.

"Kalau saya ngajar privat tutor itu awalnya banyak temen yang kesulitan memahami materi dan saya bantu. Ternyata apa yang saya lakukan didengar pelanggan sayur ibu saya dan diminta ngajar privat anaknya," tuturnya.

"Tapi saya bener-bener nggak menyangka, pada akhirnya mimpi untuk kuliah di luar negeri bisa tercapai. Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini," sambungnya.

Awal Chaswanah terpikirkan untuk mencoba mendaftar masuk ke universitas luar negeri itu pada saat dirinya masih di bangku kelas 11. Ia terpikir untuk mencoba mendaftar melalui jalur beasiswa.

"Untuk mengurus pendaftaran, berkas dan mengikuti ujian seleksinya itu memang memakan waktu panjang. Tapi saya tetap mencoba untuk mengikuti setiap tahapannya," kata dia.

Di pertengahan jalan, Chaswanah sempat memutuskan untuk mendaftar ke dua universitas dalam negeri melalui jalur SNBP. Dua perguruan tinggi itu adalah Universitas Brawijaya (UB) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Daftar UB itu saya ambil jurusan manajemen dan di ITB itu ambil jurusan bisnis manajemen. Ya sayangnya saya tidak diterima di kedua perguruan tinggi itu," ujarnya.

Kini dia tidak bersedih lagi karena ditolak UB dan ITB. Dia berhasil meraih mimpi, dia juga merasa bersyukur dan senang telah mendapatkan dukungan dari keluarganya untuk melanjutkan studi S1 ke luar negeri.

"Ibu saya mendukung sekali. Bahkan berhasil lolos saat mendaftar ke universitas luar negeri ini tentu tidak lain berkat doa dari ibu saya," tandasnya.

Saat ini dirinya pun masih menunggu tahapan akhir Letter of Goverment (LOG). Jika tidak ada halangan selama prosesnya, Chaswanah mulai aktif dalam perkuliahan pada September 2023 mendatang.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads