Hari Film Nasional dan Rekomendasi Sinema untuk Ditonton

Hari Film Nasional dan Rekomendasi Sinema untuk Ditonton

Nanda Syafira - detikJatim
Rabu, 29 Mar 2023 21:24 WIB
Ilustrasi Hari Film Nasional 2023.
Ilustrasi Hari Film Nasional 2023/Foto: Istimewa/ Unsplash.com
Surabaya -

Hari Film Nasional diperingati setiap tanggal 30 Maret. Peringatan ini sebagai bentuk apresiasi dan dukungan terhadap industri perfilman Indonesia, serta orang-orang yang bekerja dan berjasa di baliknya.

Penetapan tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999, yang ditandatangani Presiden RI saat itu, Bacharuddin Jusuf Habibie (B. J. Habibie).

Sejarah di Balik Hari Film Nasional

Industri perfilman di Indonesia telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Itu terbukti dengan berdirinya bioskop pertama di Indonesia pada 1900, di Batavia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 1926, film bisu pertama diproduksi di Indonesia yang berjudul Loetoeng Kasaroeng. Namun sutradaranya merupakan orang Belanda yang bernama G Kruger dan L Heuveldorp.

Kemudian di masa pendudukan Jepang, film-film yang ditayangkan cenderung digunakan sebagai alat propaganda politik. Sehingga film produksi nasional menyurut.

ADVERTISEMENT

Hingga pada 30 Maret 1950, untuk pertama kalinya sebuah film diproduksi Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini). Perfini dibentuk H Usmar Ismail.

Tanggal tersebut merupakan hari pertama syuting dari film berjudul Darah dan Doa (judul internasional: The Long March of Siliwangi). Film itu juga disutradarai oleh Usmar Ismail.

Darah dan Doa merupakan film pertama dengan ciri khas Indonesia. Film itu mengisahkan tentang perjalanan seorang prajurit Divisi Siliwangi, yang kembali ke Jawa Barat dari Yogyakarta.

Mengutip situs resmi Kemdikbud, ada Konferensi Kerja Dewan Film Indonesia dengan organisasi perfilman yang dilaksanakan pada 11 Oktober 1962. Konferensi tersebut menetapkan tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional. Selain itu, Usmar Ismail juga dinobatkan sebagai Bapak Perfilman Nasional.

Saat ini, industri perfilman Indonesia berkembang pesat. Banyak film Indonesia yang mengukir prestasi hingga mancanegara.

Untuk merayakan Hari Film Nasional 2023, Badan Perfilman Indonesia (BFI) mengusung tema Bercermin Pada Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan. Harapannya, peringatan ini dapat meningkatkan rasa percaya diri soal kualitas film Indonesia.

Hari Film Nasional juga merupakan bentuk manifestasi integrator dalam ekosistem perfilman di Indonesia. Juga sebagai ajang untuk meningkatkan rasa percaya diri atas kualitas film anak bangsa.

Dalam Hari Film Nasional 2023, BPI menggelar serangkaian kegiatan pada 6 hingga 11 Maret lalu. BPI menggandeng Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia.

Acara yang dilaksanakan secara hybrid itu dihadiri 50 pembicara dari lintas disiplin dan pemangku kepentingan, yang membahas isu-isu seputar standar kerja dan optimalisasi pelaku industri film, standar pendidikan, kode etik, hubungan industri, perkembangan sumber daya manusia serta komunitas film di dunia perfilman Indonesia yang juga terbuka untuk umum.

Rekomendasi Film Indonesia untuk Ditonton:

1. Ngeri-Ngeri Sedap (2022)

Poster Film Ngeri-Ngeri SedapPoster Film Ngeri-Ngeri Sedap/ Foto: imdb.com

Ngeri-Ngeri Sedap merupakan film keluarga yang menceritakan tentang sepasang suami istri, yang merindukan ketiga anaknya yang enggan pulang dari perantauan.

Maka dari itu, pasangan suami istri tersebut menyusun strategi yang ngeri-ngeri sedap untuk membujuk ketiga anaknya pulang.

2. 27 Steps of May (2019)

Film 27 Steps of May.Film 27 Steps of May/ Foto: Istimewa

May merupakan seorang gadis yang mengalami pascatrauma akibat pemerkosaan. Ia mengasingkan diri dan berhenti berbicara dengan siapapun.

Ayahnya sangat terpukul dengan kondisi May yang seperti itu. Hingga pada suatu hari hidupnya berubah ketika lubang dinding memunculkan tangan seorang pesulap, yang kemudian membantunya membebaskan diri dari trauma masa lalu.

3. Ziarah (2016)

Film ZiarahFilm Ziarah/ Foto: Mbah Ponco di film 'Ziarah' (Usman Hadi/detikcom)

Film Ziarah mengisahkan perjalanan Mbah Sri, seorang wanita tua yang berkelana mencari makam suaminya, yang telah hilang puluhan tahun lamanya. Ia membawa satu tujuan sederhana yakni ingin beristirahat dengan tenang di samping makam suaminya.

4. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (2013)

Poster Film bernuansa cintaPoster Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck/ Foto: Istimewa

Film yang diadaptasi dari novel klasik berjudul sama karya Buya Hamka ini, menceritakan kisah cinta dua orang yang terpisah oleh perbedaan status sosial dan perbedaan budaya, yang mengantarkan pada perpisahan melalui sebuah tragedi tenggelamnya kapal 'Van Der Wijck'.

5. Janji Joni

Poster Film bernuansa cintaPoster Film Janji Joni/ Foto: Istimewa

Film ini menceritakan tentang Joni, seorang pengantar gulungan film di bioskop-bioskop. Joni berjanji kepada seorang wanita untuk mengirimkan gulungan film yang akan ditonton, dengan tepat waktu. Sebagai imbalan, perempuan itu akan memberi tahu namanya.

6. The Raid 1 (2011), The Raid 2 (2014)

Untuk proyek The Raid Netflix, Michael Bay dan Patrick Hughes yang akan mengarahkan film tersebut.The Raid/ Foto: dok. IMDB

Sekuel ini menceritakan tim SWAT dalam aksinya menginvansi sebuah gedung apartemen, yang menjadi tempat persembunyian gembong narkoba. Hingga terjadi pertarungan antara para polisi melawan gangster bersenjata yang berbahaya.

Sedangkan film kedua menceritakan tentang Rama, seorang anggota polisi yang bisa keluar dari gedung tersebut. Namun ternyata ia tak dapat menghindar dari bahaya yang mengancam keselamatan dirinya dan keluarga.

Ia membuat serangkaian strategi yang mempertaruhkan nyawanya, dengan menyusup dan menjadi bagian dari dunia gangster tersebut.

7. Banda, the Dark Forgotten Trail (2017)

Banda The Dark Forgotten TrailFilm Banda The Dark Forgotten Trail/ Foto: Official Lifelike Pictures

Ini merupakan film dokumenter yang menceritakan mengenai ambisi negara-negara Eropa dalam misi pencarian pulau penghasil rempah-rempah, hingga menyebabkan benturan antarbangsa.

Pulau Banda menjadi salah satu tujuan mereka untuk mendapatkan monopoli perdagangan pala dan gada yang menguntungkan. Hingga terjadi perbudakan dan pembantaian.

Namun di balik hal yang mengerikan tersebut, lahir pula semangat nasionalisme dan identitas multikultural. Cinematography film dokumenter ini begitu memanjakan mata.




(sun/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads