Warga Hindu suku Tengger di empat desa di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, khidmat merayakan Hari Raya Nyepi 1945 Saka. Guna menjaga konsentrasi ritual Tapa Brata, jalur menuju Wisata Gunung Bromo ditutup total selama 24 jam.
Sejumlah portal jalan menuju wisata tampak ditutup dan dijaga. Uniknya, para penjaga portal desa atau jaga baya ini merupakan umat Islam. Penutupan ini terjadi sejak Rabu pukul 00.00 WIB hingga Kamis (23/3).
Salah satu jalur yang ditutup berada di pintu Kabupaten Probolinggo, tepatnya dari di Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura, yang jaraknya 10 kilometer menuju Gunung Bromo.
Di Kecamatan Sukapura, setidaknya ada empat desa yang mayoritas warganya beragama Hindu, yakni Desa Ngadas, Desa Wonotoro, Desa Jetak, dan Desa Ngadisari.
Nyaris tidak ada aktivitas yang dilakukan warga suku Hindu Tengger. Semua pintu jendela tertutup rapat. Warga fokus melaksanakan ibadah Tapa Brata.
Tapa Brata meliputi Tapa Brata Amati Karya atau tidak bekerja dan beraktivitas lainnya, Amati Geni atau tidak menyalakan api, Amati Lelungan atau tidak bepergian, dan Amati Lelanguan atau tidak mengumbar hawa nafsu tidak bersenang-senang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama pelaksanaan Tapa Brata ini, petugas jaga baya atau petugas keamanan lingkungan melakukan tugasnya keliling setiap jalan-jalan desa.
"Sejak dahulu mulai nenek moyang sudah hidup rukun di lereng Gunung Bromo, Agama Hindu dan Islam saling menghormati dan saling bersilaturahmi," kata Soswo Handoyo, Tokoh masyarakat Desa Ngadas.
Handoyo menyebut gotong royong dalam kegiatan lintas keagamaan memang hal yang lumrah.
"Kalau ada kegiatan agama umat Islam umat Hindu yang membantu berjaga-jaga. Kalau ada kegiatan di keagamaan agama Hindu, umat Islam yang berjaga," terang Handoyo.
(abq/fat)