Momen haru pecah saat seorang anak perempuan bertemu kembali dengan ibunya setelah keduanya terpisah selama 37 tahun. Momen haru itu terjadi di Mapolresta Malang Kota.
Anak perempuan itu adalah Hernik Martika (65). Sedangkan ibunya adalah Suminah (81). Dalam momen itu Suminah sempat pingsan saat pertama kali melihat anak perempuannya.
Perpisahan ibu dan anak itu bermula ketika puluhan tahun lalu Hernik pergi dari rumah tanpa pamit. Sekitar 2 pekan lalu Hernik diketahui berada di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan kondisi memprihatinkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hernik yang merupakan warga kelahiran Jalan Bayam Dalam, Kelurahan Bumiayu, Kedungkandang, Kota Malang dikenal dengan nama Sudarmi saat dirinya hidup di NTT.
Polisi menemukan Hernik hidup di pinggir jalan dan tidur di emperan pertokoan. Saat polisi mengajak Hernik untuk kembali ke Kota Malang, ia ditemukan di Taman Kota Soe dalam keadaan hanya membawa satu pasang pakaian.
Bhabinkamtibmas Polres Timor Tengah Selatan Aipda Catur Indra Iriawan turut mengantar Hernik ke Mapolresta Malang Kota. Dia ceritakan, mulanya dia menerima pengaduan orang telantar berasal dari Jawa. Hernik pun dibawa dibawa ke penampungan komunitas etnis Jawa di Timor Tengah Selatan.
"Setelah itu kami pulihkan keadaan beliau yang dulunya masih tidak maksimal seperti tidak pada umumnya. Kemudian kami mendapat identitas sebenarnya," ujar Catur kepada wartawan di Mapolresta Malang Kota, Rabu (15/3/2023).
Polisi akhirnya mengetahui identitas Hernik yang sebenarnya beserta alamat asalnya. Pihak Catur pun menghubungi kepolisian di Kota Malang dibantu Komunitas Anak Bangsa untuk menemukan keluarga Hernik di Kota Malang.
"Menghubungi Bhabinkamtibmas setempat (di Kota Malang) yaitu bapak Heri dan bapak Awang, setelah itu berkomunikasi lagi, bekerja sama dengan Komunitas Anak Bangsa, lalu menemukan keluarganya yang selama ini sudah 37 tahun ditinggalkan," bebernya.
Kapolresta Malang Kota Kombes Budi Hermanto mengungkapkan bahwa Hernik meninggalkan rumah sejak masih berusia 17 tahun. Perempuan itu memilih bekerja ke luar negeri dan tidak pernah kembali lagi ke keluarganya di Kota Malang malah pulang ke Nusa Tenggara Timur.
"37 tahun tidak ada komunikasi sama sekali, lost contact dengan adik-adik dan ibunya. Kini mereka kembali bertemu karena kuatnya silaturahmi tidak memandang suku, ras, agama, ataupun warna kulit," katanya.
Budi menuturkan saat kepolisian berkomunikasi dengan keluarga Hernik mereka sempat terkejut dan tidak percaya bahwa Hernik masih dalam kondisi hidup.
"Karena sudah dianggap hilang selama 37 tahun, respon ibunya sampai haru dan sedih. Ini wujud sinergitas antara komunitas dengan kepolisian, ini tugas kemanusiaan yang memang harus kita lakukan," tutur Budi.
Ketua Komunitas Anak Bangsa Yuyun Kartikasari menambahkan bahwa Hernik sempat mengadu nasib ke Negeri Jiran Malaysia selama kurang lebih 22 tahun lamanya. Selama itu ia menjadi pekerja migran.
Di Malaysia, Hernik sudah berkeluarga dengan seorang laki-laki. Namun, seiring berjalannya waktu, Hernik dibawa pulang ke NTT untuk menemui keluarga suaminya. Namun takdir berkata lain, Hernik dan suaminya kini telah berpisah.
"Kemudian Bu Hernik mencari penghasilan sendiri menjadi buruh cuci baju, pembantu rumah tangga. Namun nasibnya, akhirnya ekonomi jatuh, terus tidur di pinggir jalan setiap hari dan tidak memiliki tempat tinggal," katanya.
Yuyun menyampaikan kini pihak keluarga percaya bahwa perempuan yang dibawa pulang dari NTT itu adalah Hernik. Mereka telah mencocokkan tanda lahir yang dimiliki Hernik, yang ada di matanya.
"Identitas diketahui karena keluarga yang mencari mengatakan ada ciri-ciri di mata sebelah kiri ada titik putih. Akhirnya keluarga percaya," katanya.
Sayangnya, Hernik tidak bisa banyak diajak bicara. Saat ini kondisi psikisnya belum pulih. Dia disebut sempat mengalami syok akibat pengalaman pribadi yang telah dia alami.
(dpe/iwd)