Angka Kematian Ibu dan Bayi di Jatim Tembus 3.671 Kasus

Angka Kematian Ibu dan Bayi di Jatim Tembus 3.671 Kasus

Esti Widiyana - detikJatim
Rabu, 01 Mar 2023 13:06 WIB
Workshop OBGIN dengan Adelaide Australia di FK Unair
Workshop OBGIN dengan Adelaide Australia di FK Unair. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Kematian ibu dan bayi di Jatim pada 2022 mencapai angka 3.671 kasus. Penyebab kematian ibu dan bayi disebabkan banyak faktor. Salah satunya adalah preeklamsia.

Berdasarkan data yang diterima, jumlah kematian ibu di Jatim pada 2022 sebanyak 499. Jumlah tertinggi ada di Jember, yakni 58 kasus.

Sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi. Angka sisanya, yakni 3.172 kasus dengan lokasi tertinggi juga di Jember sebanyak 282 kasus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dekan FK Unair Prof Dr dr Budi Santoso SpOG(K) menyebutkan bahwa kematian ibu dan bayi di Jatim masih tinggi. Oleh karena itu ia mengimbau ibu hamil agar melakukan deteksi dini pada kehamilannya.

"Angka kematian ibu penyumbang terbesar itu preeklamsia. Semua ibu hamil diharapkan melakukan deteksi dini ke Puskesmas, bidan, dan lainnya untuk mengetahui apakah berpotensi mengalami preeklamsia apa tidak. Nakes akan memberi tata laksana selanjutnya," kata Prof Budi saat workshop Obgin dengan Adelaide Australia di FK Unair, Rabu (1/3/2023).

ADVERTISEMENT

Pihaknya juga bekerja sama dengan 6 daerah di Jatim dan Kaltim pada workshop Obgin. Tujuannya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi. Seperti memperbaiki SDM hingga pelayanan.

Sementara Manajer Pelayanan Medis RS Unair dr Muhammad Adrian CL SpOG MKes mengatakan ada beberapa penyebab kematian ibu hamil. Terbanyak karena preeklamsia atau komplikasi kehamilan dengan tekanan darah tinggi.

"Preeklamsia, keracunan kehamilan itu paling banyak. Kedua pendarahan, ketiga infeksi. Kematian ibu selama COVID-19 ada 1.200. Pola di Jatim dan Indonesia sama. Kemenkes meningkatkan lagi deteksi risiko kehamilan. Ada lembar screening preeklamsia. Sehingga pasien tidak jatuh dalam kondisi berat," kata Adrian.

Menurutnya, kematian ibu masih menjadi masalah mendasar di Indonesia. Pihaknya pun bermaksud untuk berkontribusi menyelesaikan masalah tersebut dengan meningkatkan mutu layanan, meningkatkan kolaborasi antar puskesmas, RS, dinkes, perawat dan Obgin.

"Dengan ini mendorong untuk lebih dekat lagi. Dengan program ini bisa mendukung lebih intensif, RS, puskesmas, ibu, obgyn dan perawat diedukasi, diberi target masing-masing. Rujukan selama ini ibu hamil kesulitan bagaimana mencari tempat RS, dengan ini RS lebih cepat, respon lebih cepat, pelayanan lebih baik agar ibu tertolong," jelasnya.

Dosen The University of Adelaide Australia sekaligus dosen FK Unair, Mohammad Afzal Mahmood mengatakan, ada dua hal penting yang diharapkan dari kerja sama tersebut. Yakni pengetahuan lokal dan lokal solusi.

"Pengetahuan, gabungan dengan pengetahuan lokal, dan menimbulkan lokal solusi dan kita menemukan alasannya dengan kualitas yang optimal. Solusi saya pikir yang pertama adalah, perbaikan kualitas. Kedua, hubungan puskesmas dengan rumah sakit. RS dan dinkes bekerja sama semua. Kita berangkat dari hal kecil akan menghasilkan yang banyak," pungkasnya.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads