Baik Timo Duile, Antropolog asal Jerman maupun Delta Bayu Murti, dosen Antropologi Unair sependapat bahwa sosok hantu Kuntilanak tidak hanya dikenal di Indonesia tapi juga di beberapa negara di Asia Tenggara. Tapi di negara-negara benua Eropa seperti Inggris, Kuntilanak tidak dikenal.
Ada alasan mengapa hal itu bisa terjadi. Dosen Unair Bayu Murti menjelaskan bahwa Kuntilanak sebagai sosok hantu yang dekat dengan mitologi sebenarnya merupakan bagian dari budaya atau hasil pemikiran suatu masyarakat.
"Aku sepakat dengan Guru Besar UGM, Prof Heddy (Heddy Shri Ahimsa-Putra). Beliau sempat menjelaskan bagaimana lingkungan itu berpengaruh pada kebudayaan suatu masyarakat. Nah, kalau di Asia tenggara itu kan, lingkungannya kurang lebih sama kan ya?Tropis, gedange akeh (pohon pisangnya banyak), terus pohon tinggi-tinggi banyak," ujarnya kepada detikJatim, Senin (27/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantaran kesamaan lingkungan itulah, kata Bayu, masyarakat di Asia Tenggara memiliki pemikiran yang hampir sama mengenai fenomena alam yang mereka hadapi. Termasuk bagaimana masyarakat itu menginterpretasikan lingkungan di sekitarnya.
"Misalnya kesamaan pemahaman tentang Kuntilanak. Kedua, terkait dengan namanya. Mungkin bisa beda tapi mereka sama-sama paham ketika mereka sama-sama terhubung dan bertukar cerita mereka akan menyadari kesamaan. 'Oh, ternyata nang nggonku podo, ono sing koyok ngono iku (Oh, ternyata di tempatku sama, ada yang seperti itu). Jadi kesamaan yang muncul tadi itu diamini, tetapi namanya berbeda," kata Bayu.
Produk pemikiran masyarakat berupa budaya itu, menurut Bayu, memang merespons apa yang ditemui di lingkungan sekitar mereka. Termasuk di dalamnya mengenai kepercayaan tentang roh, yang mana di Asia Tenggara, kata Bayu, kepercayaan tentang roh sangat kuat.
"Intinya saya sepakat dengan pemikiran Prof Heddy bahwa kita di Asia Tenggara punya lingkungan yang hampir sama. Nah, bagaimana kita memikirkan lingkungan itu ya hasilnya nggak jauh juga. Termasuk roh dan segala macamnya. Kebetulan terkait kepercayaan terhadap roh itu kuat banget ya. Karena memang lingkungannya membentuk seperti itu," ujarnya.
Beda halnya dengan lingkungan geografis yang ada di Inggris. Menurut Bayu, perbedaan lingkungan antara orang-orang Inggris dengan orang-orang Asia Tenggara itulah yang menurutnya menjadikan kenapa kuntilanak tidak dikenal di Inggris.
"Ya kalau kita lihat fenomena alamnya nggak sekompleks di Indonesia walaupun di Inggris yo ada hutan, ya ada pohon tinggi, tapi mereka memaknainya sangat berbeda," ujarnya.
Sementara di salah satu negara di Amerika Utara misalnya, yakni di Meksiko, Bayu menyebutkan adanya kemiripan hantu yang dikenal masyarakat dengan Kuntilanak yang dikenal di Indonesia.
"Di Meksiko itu ada namanya La Llorona yang sebenarnya secara model sama dengan Kuntilanak. Jadi digambarkan hantu itu perempuan, rambutnya panjang, suka cekikikan juga, dan yang disasar itu anak-anak kecil. Kenapa kok ada kesamaan? Bisa jadi terkait faktor lingkungan tadi. Kebetulan lingkungannya, kan, sama-sama tropis. Banyak pohon tinggi juga," ujarnya.
Meski sama dalam hal pemodelan, nama hantu perempuan itu tetap memiliki penamaan yang berbeda. Itu karena adanya perbedaan bahasa, seperti juga yang terjadi di Indonesia sendiri, di mana Kuntilanak juga disebut Pontianak atau Puntianak seperti yang telah Bayu jelaskan sebelumnya.
"Jadi hantu ini antara Indonesia dengan Meksiko ada kesamaan pemodelan meskipun namanya berbeda. Perbedaan lainnya adalah pada detail cerita atau asal-usulnya. Tapi konsepnya sama kurang lebih sama," katanya.
(dpe/dte)