Kasus Kanker di RSU Soetomo Tinggi, Didominasi Payudara-Darah

Kasus Kanker di RSU Soetomo Tinggi, Didominasi Payudara-Darah

Esti Widiyana - detikJatim
Sabtu, 25 Feb 2023 19:15 WIB
rsu dr soetomo
RSU dr Soetomo Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Jumlah pasien kanker tinggi tiap tahunnya. Di RSU dr Soetomo, pasien kanker didominasi luar Jawa Timur 60 persen dan 40 persen dari Jatim. Dari seluruh pasien, kanker payudara paling mendominasi.

Selain payudara, kanker serviks, juga tinggi dialami para wanita. Sedangkan kanker pada pria didominasi prostat dan paru-paru.

"Kanker payudara, kanker serviks kebanyakan wanita. Kalau laki-laki kanker paru-paru dan prostat," kata Dirut RSU dr Soetomo Dr dr Joni Wahyuhadi SpBS(K) di FK Unair, Sabtu (25/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Joni menyebut, kanker payudara yang diderita orang dewasa sekitar 43% di RSU dr Soetomo. Sedangkan untuk kanker pada anak, dia tidak bisa memastikan angka prosentasenya.

"Kalau kanker anak yang paling banyak adalah kanker darah. Itu antreannya juga panjang," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Untuk penyebab kanker, jelas dia, berasal dari genetic disease, kelainan gen yang bisa diturunkan atau didapat. Jika sudah memiliki keturunan kakek, nenek, orang tua mempunyai kanker, artinya bisa dibawa gen ke penerus keluarga.

Adapun tiga macam gen yang bisa diturunkan yakni, gen kematian sel, pertumbuhan atau penambahan jumlah sel, mereparasi bila ada sel-sel yang rusak.

"Tiga utama ini sering diturunkan. Makanya kita hati-hati kalau punya ayah, ibu, kakek, nenek sakit kanker. Kankernya ndak diturunkan, tapi gen yang diturunkan. Maka kita harus aktif screening, bagi wanita paling banyak payudara, serviks," jelasnya.

Untuk menangani pasien kanker, di RSU dr Soetomo memiliki 4 alat radiasi dan kemoterapi. Karena antrean pasien kanker tinggi, pasien harus antre 6 bulan untuk radiasi.

"Seperti antrean tumor otak sampai 180 (Pasien), ndak akan pernah bisa kita kerjakan. Kita paling banyak 6-8 seminggu. Operasi tumor otak itu 8-10 jam. Kan ndak mungkin mengerjakan terus-terusan, nanti dokternya yang KO. Bagaimana memecahkan antrean? Kita minta peran serta RS lain dan RS jejaring harus ikut serta," pungkasnya.




(esw/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads