Perayaan Isra Mikraj (Isra Mi'raj/Isra Miraj) 2023 jatuh pada 18 Februari mendatang. Berikut ini penulisan Isra Mikraj yang baku sesuai KBBI.
Menjelang perayaan Isra Mikraj, ada beragam penulisan Isra Mikraj yang beredar. Baik di media massa maupun media sosial. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
- Isra Mi'raj
- Isra Miraj
- Isra Mikraj
- Isra' Mi'raj
- Israk Mikraj
Yang saat ini sedang trending di Google yakni Isra Miraj. Lantas, bagaimana penulisan Isra Mikraj yang baku sesuai KBBI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengkaji Kebahasaan di Balai Bahasa Aceh, Baun Thoib Soaloon SGR menjelaskan mengenai penulisan Isra Mikraj yang baku sesuai KBBI. Menurutnya, penulisan yang baku sesuai KBBI adalah Isra Mikraj. Bukan Isra Mi'raj atau Isra Miraj. Itu seperti dikutip detikJatim dari situs resmi Balai Bahasa Aceh, Kemdikbud.
Mengapa Bentuk Penulisan Isra Mikraj yang Baku?
Istilah Isra Mikraj berasal dari bahasa Arab. Dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah dijelaskan, pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan tiga cara. Berikut tiga cara tersebut:
- Penerjemahan
- Penyerapan atau gabungan penerjemahan
- Penyerapan
Isra Mikraj adalah istilah serapan. Sebab, bentuk aslinya bisa dikenali dengan mudah. Proses penyerapan memperhatikan beberapa prinsip seeperti berikut ini:
- Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan bahasa Indonesia secara timbal balik (intertranslatability) mengingat keperluan masa depan.
- Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman teks asing oleh pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu.
- Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
- Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak sinonimnya.
- Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena tidak mengandung konotasi buruk.
Istilah Isra Mikraj dibentuk melalui penyerapan dengan sedikit penyesuaian ejaan dan lafal. Istilah itu juga mengalami penyederhanaan dengan penghilangan wa (Ω). Dalam bahasa sumbernya, kata sambung itu tidak pernah dihilangkan sampai sekarang. Sebab, Isra dan Mikraj merupakan dua peristiwa yang berbeda. Bahasa Indonesia menyerap dengan menggabungkannya agar lebih ringkas. Tetapi maknanya tetap.
Sekilas tentang Isra Mikraj
Isra merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Masjidilharam di Makkah ke Masjidilaqsa di Baitulmaqdis dengan kendaraan burak. Kemudian Mikraj merupakan perjalanan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dari Masjidilaqsa ke Sidratulmuntaha (langit ke tujuh) pada malam hari yang intinya menerima perintah salat lima waktu.
Isra Mikraj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian. Jadi, Isra Miraj merupakan dua perjalanan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam satu malam.
Dalam perjalanan menuju Sidratulmuntaha, Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril bertemu dengan sederet nabi. Di langit pertama bertemu dengan Nabi Adam As. Nabi Muhammad mengucapkan salam kepada Nabi Adam. Sebaliknya, Nabi Adam juga membalas salam Nabi Muhammad.
Di langit kedua, Nabi Muhammad bertemu Nabi Yahya As serta Nabi Isa As. Kemudian di langit ketiga, Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril bertemu Nabi Yusuf As.
Di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris As. Kemudian pada langit kelima, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Harun As.
Pada langit keenam, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Musa As. Nabi Musa menangis karena Nabi Muhammad memiliki umat yang paling banyak masuk surga, melampaui dari umat Nabi Musa.
Terakhir di langit ketujuh. Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Ibrahim As.
Kemudian Nabi Muhammad SAW naik menuju Baitul Makmur yaitu baitullah di langit ketujuh yang arahnya lurus dengan Ka'bah di bumi. Setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat masuk untuk berthawaf di dalamnya.
Kemudian Nabi Muhammad SAW disuguhi arak, susu dan madu. Nabi kemudian mengambil susu, Jibril mengatakan susu adalah lambang dari kemurnian dan fitrah yang menjadi ciri khas Nabi Muhammad dan umatnya.
Di Baitul Makmur, Nabi Muhammad bertemu dengan Allah SWT. Allah SWT mewajibkan Nabi untuk melaksanakan salat fardu sebanyak 50 waktu setiap hari.
Nabi menerimanya dan kemudian pulang. Namun dalam perjalanan pulang, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa. Nabi Musa mengingatkan, umat Nabi Muhammad tidak akan mampu menunaikan salat 50 kali sehari. Nabi Musa juga mengatakan, umatnya telah membuktikannya.
Lalu Nabi Musa meminta Nabi Muhammad untuk kembali kepada Allah SWT untuk memohon keringanan. Kemudian Nabi Muhammad kembali menghadap Allah SWT dan diringankan perintah salatnya menjadi sepuluh kali.
Nabi Muhammad kembali kepada Nabi Musa. Namun Nabi Musa mengingatkan sebagaimana yang pertama.
Sehingga Nabi Muhammad kembali menghadap Allah SWT hingga dua kali. Akhirnya Allah SWT mewajibkan salat lima waktu.
Nabi Muhammad kembali pada Nabi Musa. Nabi Musa tetap mengatakan bahwa umat Nabi Muhammad tidak akan kuat. Namun Nabi Muhammad menjawab, 'saya malu untuk kembali menghadap Allah SWT, saya ridho dan pasrah kepada Allah SWT.
(sun/iwd)