Hari ini, Kamis (16/2/2023), Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro berstatus Siaga I. Warga sekitar sungai diminta waspada, karena banjir bisa saja melanda.
Untuk diketahui, warga Bojonegoro memiliki cerita kelam mengenai Sungai Bengawan Solo. Banjir Bengawan Solo terjadi pada 2007-2008 di Bojonegoro. Waktu itu, banjir tersebut bahkan disebut-sebut sebagai yang terbesar dalam puluhan tahun terakhir.
Ulasan mengenai banjir Bengawan Solo di Bojonegoro pada 2007-2008 ini dikutip detikJatim dari jurnal berjudul Banjir Bengawan Solo dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan Masyarakat di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2007-2008. Jurnal tersebut disusun Dimas Eka Arianto dan Prof Drs Nawiyanto, M.A., Ph.D yang dimuat di situs resmi Universitas Jember (Unej)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banjir Bengawan Solo di Bojonegoro 2007-2008:
1. Terjadinya banjir Bengawan Solo di Bojonegoro pada 2007-2008
Hujan mengguyur pada 25-28 Desember 2007. Itu menjadi pemicu terjadinya banjir Bengawan Solo di Bojonegoro. Banjir terjadi mulai 26 Desember 2007 pukul 14.00 WIB.
Waktu itu, Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsian (Satlak PBP) Bojonegoro menetapkan status Siaga II untuk tiga kecamatan, yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS). Tiga kecamatan itu yakni Margomulyo, Ngraho dan Padangan.
Luapan Sungai Bengawan Solo mengalir ke daerah yang lebih rendah seperti permukiman warga dan lahan pertanian. Ketinggian banjir mencapai 1 meter.
Pada 27 Desember 2007 pukul 10.00 WIB, debit air Bengawan Solo di Bojonegoro naik menjadi 31,6 phieilscaal. Tinggi muka air di pos pantau Bojonegoro mencapai 15,00 phieilscaal.
Pemkab Bojonegoro menetapkan status Siaga III. Kemudian pada 28 Desember 2007, luapan air Bengawan Solo menuju ke wilayah timur merendam kawasan kota Bojonegoro.
Banjir diperparah adanya tanggul jebol di Kelurahan Klangon, Jalan MH Thamrin dan di utara pasar kota. Tanggul jebol karena tidak dapat menahan debit Sungai Bengawan Solo.
Pada 29 Desember 2007, hujan deras mengguyur kawasan hulu Bengawan Solo di Kabupaten Sragen. Sehingga debit air sungai bertambah. Banjir di Kabupaten Bojonegoro semakin parah, merendam 165 desa di 15 kecamatan dan terjadi hingga 7 Januari 2008.
2. Dampak banjir Bengawan Solo di Bojonegoro pada 2007-2008
Menurut Bupati Bojonegoro waktu itu, M Santoso, sebanyak 12.262 hektare dan 9.755 hektare persawahan gagal panen akibat puso terendam banjir. Kebun jagung dan palawija seluas 1.427 hektare juga terdampak.
Kanor merupakan kecamatan yang dilanda banjir paling parah. Ada 10 rumah hilang terbawa banjir, lima rusak parah, 40 rumah rusak berat dan 20 rumah rusak sedang.
Kerugian akibat banjir Bengawan Solo di Bojonegoro itu mencapai Rp 598.326.509.050. Banjir tersebut juga menelan korban jiwa. Ada dua orang yang meninggal.
Total yang terdampak banjir mencapai 77.320 KK. Ada 283.945 jiwa yang mengungsi di tempat pengungsian.
(sun/dte)