Alergi Jadi Urutan Pertama Penyakit Kulit dan Kelamin di Surabaya

Alergi Jadi Urutan Pertama Penyakit Kulit dan Kelamin di Surabaya

Esti Widiyana - detikJatim
Rabu, 25 Jan 2023 01:01 WIB
Arumi Bachsin dan dokter spesialis kulit dan kelamin
Perdoski Sutabaya dan Istri Wagub Jatim Arumi Bachsin (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Ada beberapa jenis penyakit kulit dan kelamin yang dialami masyarakat. Namun dari semua jenis penyakit kulit, alergi menjadi urutan pertama yang diderita anak-perempuan.

"Kalau kasus terbanyak tetap di alergi, tetap menduduki peringkat pertama. Kasusnya terbilang meningkat karena kesadaran pasien untuk datang dan berobat ke dokter," kata Spesialis Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya, dr Fitri Abdullah Jawas SpKK kepada detikJatim, Selasa (24/1/2023).

Untuk mengetahui penyebabnya, harus dilakukan pemeriksaan dan analisa lebih mendalam. Khususnya terkait makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya dan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika alergi terjadi badan atau kulit wajah pada wanita, juga banyak terjadi akibat kosmetik," ujarnya.

Melihat permasalahan beberapa masalah terkait kulit, Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Perdoski) menggelar symposim dan dry workshop "Women's Dermatology Veneorology" yang diikuti 430 dokter. Kegiatan yang digelar selama tiga hari ini membahas berbagai penyakit kulit dan kelamin. Bahkan yang berkaitan dengan kesehatan jiwa.

ADVERTISEMENT

"Di sini akan mendalami dari sisi ilmiah terkait penyakit kulit dan kelamin dari bayi sampai perempuan dewasa. Kami mengundang para ahlinya untuk memberikan update dan mencerahkan kami (para dokter), bahkan juga ada pembicara terkait kesehatan jiwa," jelasnya.

Pihaknya berharap adanya acara tersebut, dapat meningkatkan ilmu para dokter, khususnya di bidang kulit dan kelamin. "Kalau ilmunya ter-update tentu diharapkan akan semakin baik melayani masyarakat," harapnya.

Sementara Ketua Dekranasda Jatim Arumi Bachsin yang hadir dalam acara meminta agar para dokter bisa menyebarluaskan ilmunya lewat sosial media. Sebab, saat ini banyak kosmetik di luaran yang membesarkan promosi tanpa diketahui efek sampingnya.

"Dengan perkembangan teknologi sosial media saat ini, jangan sampai yang muncul hanya iklan kosmetik tanpa diketahui efek sampingnya. Informasi di media sosial harus seimbang, diharapkan dari para dokter," kata Arumi.




(esw/fat)


Hide Ads