Subvarian Omicron XBB.1.5 yang 'meledak' di Amerika Serikat disebut sebagai varian Corona paling menular. Demikian keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Meski demikian, WHO menyebutkan bahwa subvarian itu tidak memicu gejala COVID-19 lebih berat dibanding varian-varian Corona yang merebak sebelumnya.
Mengacu pada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), XBB.1.5 telah menyebar dengan cepat ke sejumlah wilayah Amerika Serikat dan menyumbang 41% kasus COVID-19 yang telah dikonfirmasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pimpinan teknis COVID-19 WHO Maria Van Kerkhov memperingatkan bahwa jumlah orang yang terinfeksi XBB.1.5 berlipat ganda di AS setiap dua minggu.
"Ini adalah subvarian yang paling menular yang telah terdeteksi," ungkap Van Kerkhove di Jenewa dikutip detikHealth dari New York Post, Jumat (6/1/2023).
"Alasannya adalah mutasi yang ada dalam subvarian Omicron ini yang memungkinkan virus ini menempel pada sel dan menggantinya dengan mudah," imbuhnya.
Para ahli menyoroti, dibandingkan XBB dan XBB.1, subvarian Omicron XBB.1.5 memiliki kemampuan setara dalam menghindari antibodi dari vaksin dan infeksi alamiah.
Subvarian Omicron ini mengikat lebih erat ke sel yang memberikan keunggulan pertumbuhan.
Baca juga: Jokowi Resmi Cabut PPKM! |
"Semakin banyak virus ini beredar, semakin banyak peluang untuk berubah," beber Van Kerkhove.
"Kami memperkirakan gelombang infeksi lebih lanjut di seluruh dunia, tetapi itu tidak berarti akan memicu gelombang kematian lebih lanjut karena tindakan pencegahan kami terus berhasil," sambungnya.
Hingga kini, belum ada laporan lebih lanjut perihal gejala khas yang dialami pasien COVID-19 dengan infeksi subvarian Omicron XBB.1.5.
Namun karena XBB.1.5 berasal dari keluarga Omicron, gejala yang ditimbulkan disebut mirip dengan subvarian Omicron lainnya.
Berikut ini sejumlah gejalanya:
- Sakit Tenggorokan
- Pilek
- Hidung tersumbat
- Bersin
- Batuk tanpa dahak
- Sakit kepala
- Suara serak
- Nyeri otot
- Perubahan pada indra penciuman
(dpe/fat)