Tolong, Bayi di Ponorogo Ini Tak Punya Batok Kepala dan Sumbing

Tolong, Bayi di Ponorogo Ini Tak Punya Batok Kepala dan Sumbing

Charolin Pebrianti - detikJatim
Selasa, 27 Des 2022 19:34 WIB
Bayi Tiara tanpa batok kepala di Ponorogo butuh uluran bantuan
Bayi Tiara tanpa batok kepala di Ponorogo butuh uluran bantuan (Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim)
Ponorogo -

Tiara Maleeha Robbani bayi asal Dusun Tunggur, Desa Karangan, Kecamatan Badegan, ponorogo nasibnya memprihatinkan. Bayi berusia 3 bulan itu lahir tanpa batok kepala dan sumbing.

Kini Tiara hanya terbaring lemah di rumah sederhananya karena terkendala masalah biaya untuk berobat. Tulus Heri Siswono (24) dan Maya Mujayani (21) kedua orang tua Tiara pun tampak pasrah.

"Waktu lahiran oleh pihak rumah sakit disuruh dibawa ke Jakarta, untuk operasi. Namun kemungkinan hidupnya tidak akan lama," tutur Maya kepada wartawan, Selasa (27/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhirnya Maya pun berdiskusi dengan keluarga. Karena kemungkinan hidupnya kecil, lebih baik dirawat di rumah karena kasihan.

"Diskusi dengan keluarga sementara diemong dulu di rumah, kasihan," terang Maya.

ADVERTISEMENT

Saat itu, lanjut Maya, dia hanya diberi tahu oleh tenaga kesehatan di rumah sakit kalau bayinya tidak memiliki batok kepala dan sumbing. Sementara, benjolan diatas kepala Tiara karena dipicu tidak adanya batok kepala.

"Cuman dikasih tahu, tidak punya batok kepala dan sumbing. Benjol ini tidak dikasih tau sama sekali, ini sangkut pautnya sama batok kepala," papar Maya.

Menurutnya, saat dia bertanya berapa biaya untuk operasi anak pertamanya. Pihak rumah sakit memperkirakan sekitar Rp 10 juta lebih.

"Kalau lebih baik operasi, ya tidak apa-apa. Tapi terkendala masalah biaya. Katanya bisa Rp 10 juta lebih, itu berat," tandas Maya.

Selama kehamilan, menurut Maya, dia tidak mengalami kesulitan. Kehamilannya berjalan normal dan sehat. Dia juga rutin periksa maupun USG. Namun di bulan ketujuh kehamilan, dia diberitahu jika bayi dalam kandungannya tidak memiliki batok kepala.

"Saat itu disarankan untuk operasi caesar. Karena khawatir bayinya meninggal di dalam kandungan. Tapi saya pertahankan sampai 9 bulan dan lahir," kata Maya.

Usai lahiran, Maya belum mengetahui secara langsung kondisi bayinya. Sebab, Tiara dibawa dan dirawat di RSUD dr Harjono Ponorogo selama 22 hari. Dia pun merasa kesulitan biaya karena suaminya hanya bekerja sebagai penjual bakso di Surabaya.

"Setelah diberitahu kami juga kaget, terus diberitahu kalau mau operasi harus ke Jakarta. Tapi biayanya gimana. Terus kalau dibawa jauh kasihan, bayinya. Sekarang saja kalau gendong harus dialasi bantal," tukas Maya.

Maya pun berharap ada uluran tangan dari Dinas terkait untuk bisa membantu permasalahan anaknya. Maya pun ingin sekali, Tiara bisa sehat dan normal layaknya anak-anak pada umumnya.

"Keinginannya Tiara tetap sehat, kepinginnya sehat, sembuh seperti anak-anak yang lain," imbuh Maya.

Terpisah, Kades Karangan, Pujianto mengaku prihatin dan terenyuh melihat kondisi salah satu warganya. Dia pun akan berkoordinasi dengan Dinkes atau dinas setempat untuk jalan keluarnya.

"Karena ini resiko tinggi, kita akan berdiskusi dan mencari jalan keluarnya dengan dinas terkait," pungkas Pujianto.




(abq/iwd)


Hide Ads