Vegan Festival 2022 kembali digelar di Exhibition Hall Grand City Mall, Surabaya usai terhenti karena pandemi COVID-19. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno menyebut event ini telah meraih rekor MURI sebagai yag terbesar di dunia. Kongres dunianya sendiri akan digelar pada 2023.
"Saya ucapkan selamat atas rekor yang dipecahkan, ini terbesar di dunia. Selamat ini kita bisa mengalahkan negara-negara besar, seperti Amerika dan Australia, bahwa Indonesia menyelenggarakan Vegan Festival yang terbesar dari segi luas, tenant, dan UMKM," kata Sandiaga kepada wartawan di event Vagan Festival di Grand City Surabaya, Minggu (11/12/2022).
Menurut Sandi, dengan meraih rekor MURI dunia ini, Vegan Festival di Surabaya bisa menunjukkan bahwa Indonesia memang sudah mengambil kepemimpinan di kuliner. Sebab, pola hidup vegan ini sehat bagi tubuh dan sedang tren di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak sekali peluang usaha di sana. Kuliner ini berpindah dan menawarkan varian vegan. Ini geliat ekonominya semakin terasa dan lapangan kerjanya semakin terbuka," ujarnya.
Sandi mengatakan usaha kuliner di Indonesia memiliki peluang besar. Bahkan, melihat trend vegan ini salah satu yang paling cepat bertumbuhnya. Bahkan tahun 2023 akan disiapkan kongres dunia vegan society.
"Saya bersama dengan vegan society akan menyiapkan kongres dunia tahun depan, bulan lima di Jakarta, kita tuan rumahnya. Kebetulan presiden vegan organization ini orang Indonesia, jadi saya harapkan nanti kita dilibatkan dan kita ingin ini menjadi event nasional yang bisa menarik kunjungan wisatawan mancanegara," jelasnya.
Baginya vegan food ini mempunyai kualitas tinggi. Sebab sebelum dihidangkan, dipersiapkan dengan higienis.
"Memiliki aspek kesehatan yang luar biasa, reseacrh terakhir dengan konsumsi vegan bisa kurangi resiko 15% penyakit kanker, jantung dan obesitas," katanya.
Sementara Wakil Bupati Belitung, Isyak Meirobie mengatakan, Vegan Festival ini merupakan komitmen dan kolaborasi dari Menparekraf dengan relawan society dari tahun ke tahun menggali kearifan lokal dan budaya Indonesia yang begitu kaya. Sehingga bisa menempatkan posisi budaya Indonesia semakin tinggi di level internasional.
"Tahun demi tahun juga akan dilengkapi variasinya dan akan digali lebih dalam di Nusantara yakin bahwa kekayaan dan keragaman tersebut akan menjadikan Indonesia sebagai juara Indonesia," ujar Isyak.
Ketua Indonesia Vegetarian Society (IVS) Jatim Susanto mengatakan jumlah peserta Vegan Festival terus meningkat sejak event pertama tahun 2011. Sebelum pandemi, Vegan Festival 2019 mampu memyerap 30 ribu lebih pengunjung.
"Kita mengukur dari berbagai tahun ke tahun punya kegiatan. Animo yang hadir semakin banyak. Hitungan apa kita belum bisa menyampaikan. Tapi animo pengunjung itu sebagai gambaran," kata Susanto.
Senada dengan Susianto, Presiden World Vegan Organization (WVO) mengatakan jumlah resto vegan di Indonesia terus bertambah, karena kesadaran masyarakat menerapkan pola hidup sehat. Ia juga mencontohkan makanan vegan yang bisa mencukupi kebutuhan tubuh setiap harinya.
"1/3 dari isi piring adalah makanan pokok tidak wajib nasi. Tapi Indonesia, kalau tidak pakai nasi katanya tidak makan. 1/3 lagi sayuran. 1/6 buah-buahan. 1/6 lagi lauk pauk hewani dan nabati masing-masing 1/12. Kalau kita mau simpulkan ada 100% piring dikurangi 8%, hasilnya nabati atau vegan," jelasnya.
Olahan makanan vegan tak melulu membosankan. Banyak pengusaha kuliner vegan yang mengolahnya menjadi menarik, bahkan dijadikan seperti olahan makanan daging lainnya.
"Nasi padang, karena rendangnya persis seperti daging tapi karena vegan ini pakai kaki jamur, chichen teriyaki pakai nabati pakai kedelai, sate jamur tiram menjadi seperti sate ayam pakai bumbu kacang. Menciptakan makanan vegan yang mirip dengan asli," kata Yeni dari Yeni dari Stand GC di Surabaya," pungkasnya.
(esw/iwd)