Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
Seorang siswi SMP nekat terjun dari lantai 2 sekolahnya di Jalan Pacar Surabaya. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 07.30 WIB, Jumat (11/11/2022). Peristiwa ini tentu mengagetkan guru dan teman-temannya. Apalagi korban yang berusia 13 tahun ini tidak menunjukkan gelagat aneh sejak tiba di sekolah.
Berikut detik-detik korban loncat dari ketinggian 4 meter lantai 2 gedung sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti biasa siswi yang tinggal di kawasan Ketabang, tiba di sekolah. Namun tak seperti biasa, korban hanya termenung dan tidak banyak bicara.
Kebetulan bertepatan dengan 'Jumat Sehat', para siswa-siswi melakukan kegiatan olahraga. Mereka bersiap memakai baju olahraga. Namun korban tidak kunjung mengganti bajunya. Dengan tetap memakai baju pramuka, korban yang ruangan kelasnya di lantai 3 memilih turun ke lantai 2.
Di lantai 2 ini, korban berjalan menyusuri lorong dan kakinya berhenti di depan salah satu kelas. Kurang lebih pukul 07.30 WIB, korban naik ke salah satu pot dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai 1.
"Tadi itu lihat dia (Korban) naik ke pot bunga trus langsung loncat. Saya dan teman-teman ya berteriak nggak bisa menolong. Sebab ada di dalam kelas, dia sudah di luar kelas," kata seorang siswi yang baru saja melakukan kegiatan Jumat Sehat di sekolahnya Jalan Pacar Surabaya.
Setelah itu teman-temannya melihat ke bawah (Korban jatuh) dan berteriak-teriak untuk menolong korban.
"Jatuh, jatuh..dia jatuh," tambahnya.
Lalu para siswa dan siswi berteriak memanggil para guru. Semua guru, langsung mendatangi dan melihat kondisi korban.
"Teman-temannya berteriak dan meminta tolong ke para guru. Kami langsung menolong dan menghubungi petugas," jelas Humas SMP di Surabaya, Sri Wahyuningsih kepada wartawan.
Saat kejadian, tambah dia, pihak sekolah menghubungi puskesmas. Tapi disarankan menghubungi 112 dan tidak berapa lama menuju ke sekolah. Saat diperiksa, korban dalam kondisi sadar.
"Korbannya masih sadar dan bisa menjawab pertanyaan (Dari para guru dan petugas). Dia tidak pingsan. Dia anaknya kuat kelihatannya," tambahnya.
Korbam didiagnosa mengalami patah tulang kaki kanan dan mendapat perawatan di RSUD Soewandhie untuk mendapat perawatan.
"Kepala sekolah, guru BK dan wali kelasnya masih menunggu dan menemaninya di RS," tandasnya.
Sementara Sekretaris BPBD Surabaya Mubarun menambahkan penanganan korban melibatkan orangtuanya, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) dan Dinkes Surabaya.
"Penanganan kondisi psikologis dan perawatan lukanya melibatkan DP3A dan Dinkes Surabaya. Selain itu dokter psikiater dari RS Soewandie juga dilibatkan," tambahnya.
Tim gabungan, tambah dia, juga meminta persetujuan kepada orang tua korban untuk menjalani rehabilitasi terlebih dulu.
"Ini untuk memulihkan psikis korban dengan dibuktikan surat pernyataan tertulis dari orang tua korban. Selain itu menunggu hasil rontgen kakinya yang patah tulang," tegasnya.