Buy Nothing Day atau Hari Tanpa Belanja diperingati setiap 26 November. Peringatan ini bertujuan untuk melawan gaya hidup konsumerisme.
Konsumerisme merupakan paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya.
Meskipun peringatan ini tidak resmi, namun memiliki tujuan yang positif serta makna yang mendalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Hari Tanpa Belanja
Hari Tanpa Belanja digagas di Vancouver, Kanada. Kala itu, seniman Ted Dave merayakan Buy Nothing Day pada September 1992 setelah merayakan Thanksgiving Amerika.
Sejak saat itu, Hari Tanpa Belanja dianggap penting lantaran hendak mencegah masalah konsumtif. Di tahun 1997, negara lain memutuskan untuk memindahkan perayaannya ke Hari Jumat setelah Thanksgiving, atau Black Friday yang menjadi momen belanja tersibuk di dunia.
Setelah kampanye Hari Tanpa Belanja digaungkan, kampanye serupa mulai muncul di Amerika Serikat, Inggris Raya, Israel, Austria, Jerman, Selandia Baru, Jepang, Belanda, Prancis dan Norwegia. Saat ini, lebih dari 65 negara sudah berpartisipasi dalam perayaan ini.
Adbusters selaku organisasi nirlaba di Kanada turut bertanggung jawab dalam perayaan hari tanpa belanja. Mereka menilai, perayaan ini bukan hanya untuk mengubah kebiasaan masyarakat, namun berkomitmen untuk mengurangi pola hidup yang konsumtif agar menghasilkan sedikit limbah.
Untuk memperingati Hari Tanpa Belanja, banyak acara yang diselenggarakan setiap tahunnya. Misalnya di Rhode Island, perayaan ini sudah berlangsung selama 20 tahun dan itu telah menyebar ke banyak tempat seperti Utah, Oregon dan Kentucky.
Cara Merayakan Hari Tanpa Belanja
Sederhananya, Hari Tanpa Belanja bisa dirayakan dengan cara berikut ini:
1. Mengumpulkan uang recehan
Banyak orang yang menganggap remeh kebiasaan ini. Cara tersebut mengajarkan kita untuk berhemat dan menghargai setiap Rupiah.
Mencari uang bukanlah hal yang mudah. Maka patut menghargai setiap Rupiah yang kita miliki, termasuk uang receh.
2. Membeli produk thrift atau barang bekas layak pakai
Maraknya trend thrifting mengandung sisi positif, bahwa barang bekas pun masih memiliki nilai jual dan fashionable. Thrifting juga menjadi solusi di kalangan anak muda untuk tetap bergaya dengan budget minimalis.
3. Menghindari barang yang membuat kecanduan
Sejumlah orang tak sadar bahwa penghasilan mereka dihabiskan dengan membeli sesuatu yang membuat candu. Bagi sejumlah pria, rokok menjadi sesuatu yang harus ada di saku atau tas mereka.
Namun jika dipikir-pikir, rokok menjadi salah satu pengeluaran yang cukup besar.
4. Tidak jajan dan membiasakan makan di rumah
Ternyata itu sulit bagi banyak orang. Terlebih bagi para pekerja yang super sibuk.
Mereka cenderung membeli sesuatu yang instan. Tak sadar bahwa kebiasaan tersebut merupakan gaya hidup konsumerisme yang tinggi.
Cobalah untuk membawa bekal, membawa minum, dan masak makanan yang sehat di rumah.
5. Mencatat belanjaan
Soal keuangan tak semua orang pandai mengaturnya. Dengan cara ini, Anda bisa menentukan prioritas soal kebutuhan dan keinginan.
Anda juga tidak bingung ke mana habisnya uang sebab Anda mencatat setiap pengeluaran.
(sun/iwd)