Warga Dusun Mindi, Desa Sugihwaras, Kecamatan Sugihwaras, Bojonegoro geger. Mereka temukan 2 jenazah yang kain kafannya masih utuh padahal sudah belasan tahun dikubur.
Penggalian jenazah itu dilakukan karena pemakaman desa setempat diterjang banjir luapan irigasi hingga sebagian tanah longsor. Keluarga jenazah pun berinisiatif memindahkan makam.
Proses penggalian makam hingga temuan jenazah yang kain kafannya utuh itu sempat diunggah salah satu akun di YouTube hingga viral.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makam Mindi, Desa Sugihwaras diterjang banjir hingga longsor. Di sana ada mayit yang masih utuh. Ini gaes, mayitnya berusia 17 tahunan, ada yang masih utuh," demikian sebut pengunggah dilihat detikJatim, Kamis (17/11/2022).
Ada penjelasan ilmiah mengapa kain kafan jenazah masih tetap utuh ketika makam digali belasan tahun usai jenazah itu dimakamkan. Salah satunya berkaitan faktor alam.
Kepala Departemen dan SMF Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSU dr Soetomo Surabaya dr Edi Suyanto SpF SH MH yang memberikan penjelasan tersebut.
"Sebenarnya semua bahan yang sudah ditanam (di dalam tanah) pasti terurai, apapun itu. Baik tubuh manusia, bajunya, bahkan peti matinya. Kecuali yang sulit terurai seperti plastik, karet, alumunium, logam lah," ujarnya.
Suyanto menyebutkan bahwa kain kafan yang masih utuh meski sudah bertahun-tahun ditanam itu bisa terjadi karena 2 faktor. Pertama karena faktor alam, kedua karena buatan manusia.
"Faktor alam itu karena itu dikubur di daerah kapur, tinggi asam garam, atau daerah kering. Atau juga bisa di daerah suhu rendah sekali, 10 derajat atau bahkan minus. Itu tidak bisa terurai dengan alami," ujarnya.
Seperti diketahui, Bojonegoro adalah daerah yang memiliki kawasan pegunungan karst atau kapur. Suyanto pun menduga faktor ini bisa jadi yang menyebabkan kain kafan itu 'awet'.
Faktor lainnya adalah karena buatan manusia. Artinya, sebelum memakamkan jenazah itu, kain kafan itu diberi zat kimia lainnya yang menyulitkan penguraian.
"Kalau yang buatan manusia, bisa karena diberi bahan kimia seperti formalin, alkohol 95 persen, atau dengan bahan kimia lainnya, itu bisa. Bisa terjadi (tidak terurai)," ujarnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa penerapan tambahan bahan kimia itu memungkinkan bakteri pengurai di dalam tanah tidak bisa masuk melewati serat-serat kain atau pori-pori kulit manusia.
"Karena kalau diberi bahan kimia itu, bakteri pengurai itu tidak bisa masuk ke dalam serat-serat kain dan kayu atau juga ke pori-pori kulit manusia," katanya.
Meski demikian, di luar 2 faktor tersebut, Suyanto sendiri mengakui ada faktor lain yang menurutnya di luar akal manusia yang mampu membuat sesuatu tidak terurai di dalam tanah.
"Kalau yang seperti itu, yang di luar akal pun bisa. Karena semua itu kan atas kehendak Tuhan. Seperti Ashabul Kahfi, itu kan karena kehendak Tuhan. Kalau sudah seperti itu, dipercaya saja," katanya.
(dpe/iwd)