Jenazah AD, bocah berusia 10 tahun yang tenggelam di Sungai Ponorogo, akhirnya ditemukan sekitar pukul 09.30 WIB. Korban ditemukan pemancing di Sungai Sekayu masuk Desa Gandukepuh, Kecamatan Sukorejo.
Jarak lokasi korban tenggelam, Sungai Keyang, Desa Josari, Kecamatan Jetis hingga penemuan berjarak 12 Km. Pemancing bernama Riyadi tidak mengira jika dirinya menemukan jenazah. Awalnya, dirinya melihat ada kepala menyembul dengan rambut.
"Terus sama pemancing satunya ditarik ke pinggir sungai, saya dekati saya angkat ke tepian dengan bambu," tutur Riyadi kepada wartawan, Senin (31/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, saat ditemukan posisi jenazah miring dan berada di tengah sungai. Hingga akhirnya ditepikan menggunakan pancing, baru kelihatan jika itu merupakan jenazah.
"Saya angkat sama teman-teman pemancing lain, ternyata jenazah. Kemudian ada yang lapor ke polisi," terang Riyadi.
Saat ditemukan posisi jenazah masih utuh, menggunakan celana pendek dan tidak memakai baju. Fisik utuh hanya saja ada luka sedikit pada bagian bibir.
Proses evakuasi langsung dilakukan relawan baik dari BPBD maupun basarnas. Jenazah kemudian diidentifikasi keluarga dan kepala desa untuk kemudian dibawa ke rumah duka.
"Pemeriksaan fisik luar, hanya ditemukan luka pada bibir korban kemungkinan karena kena batuan sungai," imbuh Ketua Tim Basarnas, Dyan Susetyo.
Kini, jenazah diserahkan ke pihak keluarga. "Jenazah sudah diserahkan ke keluarga untuk disemayamkan," tandas Dyan.
Sebelumnya, AD warga Desa Nglewan, Kecamatan Sambit tenggelam di sungai Keyang, Desa Josari, Kecamatan Jetis. Bocah 10 tahun tersebut diketahui berenang di aliran sungai bersama 9 orang temannya.
"Sekitar pukul 9 pagi. Awalnya ada 9 anak yang berenang dan bermain air di Sungai Keyang," tutur Kades Josari, Joko Mujiono, Minggu (30/10) kemarin.
Joko menambahkan dari 9 anak tersebut, dua anak diantaranya sempat terseret arus sungai yang deras. Namun hanya satu anak yang bisa selamat. Sementara korban hingga kini tenggelam dan terseret arus.
"Mereka kelas 4 - 5 SD, awalnya bermain disini (sungai), sudah diperingatkan warga agar tidak bermain air. Namanya anak-anak ketika warga pulang, mereka menyelinap kesini, terus bermain air dan mandi," pungkas Joko.
(abq/fat)