Ponpes Tebuireng Jombang: Gabungan Antara Pondok Modern dan Salaf

Sorot

Ponpes Tebuireng Jombang: Gabungan Antara Pondok Modern dan Salaf

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Minggu, 18 Sep 2022 11:29 WIB
ponpes tebuireng
Suasana Ponpes Tebuireng Jombang (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim/file)
Jombang -

Pondok Pesantren Tebuireng menggabungkan ajaran pondok modern dan salaf atau tradisional. Pesantren ini tetap memegang ruh atau ajaran yang diajarkan sang pendiri, KH Hasyim Asy'ari.

Artinya, pendidikan modern seperti ilmu matematika hingga sains diajarkan kepada para santri. Namun, ribuan santri di sini juga tetap mempelajari ilmu melalui kitab-kitab tradisional. Seperti kitab kuning.

"Yang namanya pesantren tidak hilang ruhnya. Pengajian-pengajian kitab tetap kami berikan di pesantren. Tebuireng ini gabungan antara pesantren salaf dan modern," ungkap Pengasuh Pondok Putri Pesantren Tebuireng, KH Fahmi Amrullah Hadziq atau Gus Fahmi, kepada wartawan di lokasi, Minggu (19/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ponpes yang berada di Desa Cukir, Diwek, Jombang ini sudah berumur 123 tahun. Saat itu, Ponpes Tebuireng sudah mempunyai sekitar 5.000 santri dan 9 cabang. Awal mula berdiri pada 3 Agustus 1899. Ponpes Tebuireng hanya berawal dari rumah bambu seluas 48 meter persegi.

Selama 2,5 tahun pertama, keberadaan Pesantren Tebuireng belum sepenuhnya diterima masyarakat. Ancaman dan gangguan pun kerap datang. Bahkan, dinding rumah bambu KH Hasyim kerap dilempari dengan batu, kayu dan ditusuk dengan senjata tajam. Sehingga, para santri harus berjaga malam secara bergiliran.

ADVERTISEMENT

Kiai Hasyim lantas meminta bantuan 4 sahabatnya dari Cirebon, Jawa Barat untuk mengatasi teror tersebut. Yaitu Kiai Saleh Benda, Kiai Abdullah Panguragan, Kiai Samsuri Wanantara, dan Kiai Abdul Jamil Buntet. Keempatnya melatih pencak silat dan kanuragan di Pesantren Tebuireng sekitar 8 bulan.

Sejak saat itu, teror menjauh dari Pesantren Tebuireng. Kiai Hasyim pun diakui ketokohannya oleh masyarakat. Sehingga, santri yang menimba ilmu darinya semakin banyak. Yaitu dari 28 orang di tahun 1899 menjadi 200 orang pada tahun 1910. Mereka datang dari berbagai daerah di Jawa dan Madura.

"Awalnya tidak ada sistem klasikal, hanya pengajian-pengajian. Yang mengisi pengajian KH Hasyim Asy'ari. Santri datang ke Tebuireng hanya mengaji, tidak sekolah di madrasah yang waktu itu belum ada. Karena yang mengaji Hadratus Syaikh, sepertinya sudah mengalahkan madrasah. Santri merasa rugi kalau tidak mengaji sekali saja," terang Gus Fahmi.

Pesantren Tebuireng pun berkembang kian pesat. Sekitar 10 tahun kemudian, pesantren ini mempunyai sekitar 2.000 santri. Pengenalan pendidikan madrasah mulai dilakukan tahun 1919. Madrasah Nidzamiyah yang mengajarkan pengetahuan umum baru berdiri tahun 1933.

"Ada sistem klasikal (madrasah) ketika KH Wahid Hasyim mulai ikut dilibatkan di Pesantren Tebuireng. Dinamakan Madrasah Nidzamiyah. Sehingga mulai ada sistem klasikal, ada pelajaran waktu itu matematika dan sebagainya," ungkap Gus Fahmi.

Seiring perkembangan zaman, lanjut Gus Fahmi, sekolah umum mulai didirikan di Pesantren Tebuireng tahun 1975. Yaitu SMP dan SMA Wahid Hasyim. Ketika itu, pesantren diasuh putra Kiai Hasyim, KH Yusuf Hasyim.

Pada masa kepemimpinan cucu Kiai Hasyim, KH Salahuddin Wahid atau Gus Solah, berdiri Madrasah Muallimin Hasyim Asy'ari tahun 2008. Sekolah ini khusus mengajarkan diniyah, kitab kuning dan sebagainya layaknya pondok salaf.

"Tahun 2014 Gus Solah ingin mendirikan pondok berbasis sains Al Qur'an. Maka berdirilah SMA Trensains, diikuti SMP, dua tahun lalu ada MTs sains di pesantren ini," jelasnya.

Gus Fahmi menambahkan, Pesantren Tebuireng kini mempunyai sekitar 5.000 santri. Unit pendidikannya antara lain Universitas Hasyim Asy'ari, Ma'had Aly Hasyim Asy'ari, MA dan MTs Salafiyah Syafi'iyah, SMP dan SMA Wahid Hasyim, SMK Khoiriyah Hasyim Tebuireng, SMA Trensains, MTs Sains Putri Salahuddin Wahid, SMP Sains, Madrasah Muallimin Hasyim Asy'ari, serta SD Islam Tebuireng.

Pesantren Tebuireng kini mempunyai 9 cabang. Yaitu Tebuireng II Pesantren Sains (Trensains) yang terdiri dari SMA Trensains dan SMP Sains, Tebuireng III Hajarun Najah Indragiri Hilir, Riau, Tebuireng IV Al Islah Indragiri Hulu, Riau, Tebuireng V Ciganjur, Jakarta, Tebuireng VI Ma'had Aly Bina Ummah Cianjur, Jabar, Tebuireng VII Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Tebuireng VIII Banten, Tebuireng IX Sibolangit, Deli Serdang, Sumut, serta Tebuireng X Rejang Lebong, Bengkulu.




(hil/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads