Penularan HIV/AIDS di Kabupaten Blitar masih mengkhwatirkan. Bukan cuma menyerang usia produktif, HIV/AIDS juga menyasar balita. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar menemukan dua kasus baru yang menginfeksi balita.
Dua kasus tersebut terdeteksi saat sang ibu melahirkan secara normal. Dua ibu sebelumnya berstatus orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Kepala Dinkes Kabupaten Blitar Christine Indrawaty mengatakan, 90% kasus balita yang terinfeksi HIV/AIDS karena tertular dari ibunya-di mana sang suami biasanya melakukan seks bebas tanpa sepengetahuan istri. Sedangkan 10% lainnya karena faktor ibu yang melakukan seks bebas dan memakai narkoba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Temuan baru kami tahun 2022 ini, dua balita ini tertular dari ibunya. Ibunya tertular suaminya yang sudah meninggal karena positif HIV/AIDS juga. Sayangnya, ibu hamil ini tidak melakukan pemeriksaan sejak awal, sehingga tidak menerima edukasi yang benar dalam penanganan ODHA," kata Christine kepada detikJatim, Selasa (13/9/2022).
Menurut Christine, ibu hamil yang termasuk ODHA sejak awal pemeriksaan kandungan telah mendapatkan penanganan khusus. Mereka harus lebih berhati-hati agar tidak menularkan penyakitnya tersebut kepada janin dalam kandungannya dan orang-orang di sekitarnya. Ada petugas kesehatan yang selalu memantau perkembangan kondisi mereka sampai melahirkan.
"Untuk bumil ODHA memang kami usahakan melahirkan melalui operasi caesar karena risiko tertularnya minim. Karena kalau melahirkan normal, adanya sobekan jalan keluar janin itu menjadi media penularan kepada bayi yang dilahirkan," ungkapnya.
Balita yang dilahirkan ibu ODHA tetap bisa tertular. Namun, ada juga yang baru terdeteksi ketika usianya memasuki satu tahun. Makanya, lanjut Christine, ibu ODHA juga dilarang memberikan ASI kepada balitanya. Sementara bayi yang sudah terinfeksi HIV/AIDS akan mendapatkan terapi antiretroviral (ARV).
Masalah lain yang muncul ketika balita terinfeksi HIV/AIDS adalah ketika mereka bertahan hidup dan memasuki masa sekolah. Beberapa tahun lalu, Christine menemukan adanya kasus diskriminasi oleh lingkungan sekitar yang membuat anak tidak mendapatkan pendidikan layak.
Pihak sekolah dan ibu si anak sudah mengondisikan agar anak bisa bersekolah. Tapi masalah muncul, ketika tetangganya tahu anak tersebut sekolah di suatu tempat, lalu memberitahukan kepada wali murid yang lain.
"Ini yang bikin sedih, anaknya diminta pindah sekolah, akhirnya ya pindah sekolah beneran. Karena yayasan khawatir kehilangan murid lainnya. Kami tidak ingin kasus serupa terulang. Kami imbau, ibu hamil rutin memeriksakan kondisi kesehatan agar ada tindakan dan penanganan yang benar," tukasnya.
Selain dua balita, ada 51 kasus HIV/AIDS baru lainnya di Kabupaten Blitar. Tiga di antaranya dilaporkan telah meninggal dunia di usia muda. Sementara rincian penderita HIV/AIDS baru itu terdiri, 22 kasus di usia 19-22 tahun, 19 kasus di usia 35-44 tahun.
(dte/dte)