Puluhan guru SD Muhammadiyah 4 Kota Malang mengalami keracunan. Karena musibah tersebut, pembelajaran pun dialihkan menggunakan sistem daring.
"Jadi sekolah tidak libur dan belajar dirumah atau biasa kita sebut PJJ. Kami hanya merubah teknis belajar mengajar. Yang jadi kendala kita karena gurunya tidak mencukupi," ujar salah satu guru, Muhammad Amin Taufiqurrohman kepada detikJatim, Selasa (6/9/2022).
Ia menyampaikan proses pembelajaran secara daring itu dilakukan mulai Senin (5/9/2022) hingga Jumat (9/9/2022). Pembelajaran secara daring terpaksa dilakukan karena banyak guru yang kondisinya belum pulih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang jadi kendala dan membuat kita belajar mengajar karena gurunya tidak mencukupi. Ini nanti akan berlangsung hingga Jumat (9/9) mendatang, sambil melihat perkembangannya seperti apa," kata dia.
Amin pun menceritakan, puluhan guru keracunan itu bermula pada hari Kamis (1/9/2022) lalu. Waktu itu ada wali murid alumni SD Muhammadiyah 4 Kota Malang memberikan nasi kotak sebanyak 35 buah.
"Jadi sebagai bentuk tasyakuran, ada 35 buah nasi kotak. Itu kita bagikan ke guru di SD. Waktu itu kan hari kamis ada yang puasa jadi cuman sebagian yang makan di sekolah dan sisanya dibawa pulang," terangnya.
Kemudian pada Jumat pagi, sekitar pukul 01.00 WIB ada sejumlah guru yang mengeluh mengalami sakit pada bagian perut dan diare. Pada hari yang sama pembelajaran tetap berlangsung, tapi banyak guru yang tidak masuk.
"Sekitar jam 1 pagi banyak yang sembelit dan nyeri banget diperut dan diare sampai pagi. Hari Jumat ada hampir 20 guru yang tidak masuk sekolah. Tapi anak-anak tetep masuk semua. Siang saya juga ngalami gejala sama karena kamis itu saya makan ayamnya aja," tutur Amin.
Pada hari selanjutnya Sabtu (3/9/2022), kondisi guru semakin parah dan akhirnya dirawat di rumah sakit. Setelah menjalani perawatan, kondisi sebagian guru mulai membaik dan menjalani rawat jalan di rumah masing-masing.
"Jadi yang mengalami gejala serupa itu bukan hanya guru, tapi ada beberapa keluarga guru juga. Karena guru yang puasa itu membawa nasi kotak tasyakuran itu ke rumah dan dikonsumsi oleh keluarganya," kata Amin.
"Jadi ada 13 dirawat di rumah sakit. Dari 13 itu 9 guru dirawat di rumah. Ada 28 orang menjalani perawatan di rumah. Dari 28 itu 12 guru dan sisanya keluarga," sambungnya.
(fat/fat)