Presiden Republik Indonesia Jokowi mengatakan ada beragam krisis yang menghantui masyarakat pasca 2 tahun dilanda pandemi COVID-19. Hal ini ia sampaikan di hadapan ribuan pendukungnya.
"Setelah COVID, ada yang namanya krisis pangan dunia, banyak negara yang kekurangan pangan. Oleh sebab itu kita syukuri, kita tidak kekurangan pangan," kata Jokowi di Gelora 10 Nopember Surabaya, Minggu (21/8/2022).
Setelah pangan, Jokowi menyebut masih ada krisis selanjutnya. Ia menyatakan krisis energi juga menghantui setiap negara di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mau beli (energi) ke negara lain, ada yang 2 dan 3 kali lipat, coba panjenengan (Anda) lihat di berita-berita yang namanya pertalite, harganya sudah Rp 32.000, kita ini masih Rp 7.650, nggih mboten? (iya tidak?) pertamax juga sama," ujarnya.
Kendati demikian, Jokowi memastikan pemerintah masih memberikan subsidi BBM jenis pertalite. Bahkan, hingga ratusan triliunan.
"Subsidi BBM Rp 502 triliun," tuturnya.
Tak berhenti sampai di situ, Jokowi juga menyatakan ada juga krisis yang keempat, yakni keuangan. Menurutnya, ada negara yang bangkrut karena keuangan mereka semrawut.
"Sehingga, ada negara yang bangkrut, negara tidak memiliki uang untuk membeli pangan, BBM, dan ambruk," katanya.
Jokowi lantas mengajak para pendukungnya dan masyarakat luas untuk fokus dan bekerja keras. Supaya, krisis tersebut tak terjadi di Indonesia.
"Makanya, kita harus bekerja keras agar itu tidak terjadi di negara kita. sanggup?," tanya mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Jokowi menegaskan, Indonesia merupakan bangsa besar. Bahkan, jumlah penduduknya mencapai ratusan juta jiwa.
"Kita harus sadar, 278 juta penduduk kita sekarang ini, uakeh (banyak), di 17.000 pulau, mboten gampil (tidak mudah), etnisnya macam-macam, 714 etnis, ada Sunda, Jawa, dayak, Sasak, hingga Minang. Sebagai bangsa yang besar dan beragam sukunya, yang paling penting adalah persatuan, kedah (harus) bersatu. nggih mboten? (Setuju tidak?)," tandad Jokowi.
(abq/iwd)