Ramai Padepokan Samsudin, Ansor Jatim Luruskan Istilah Kiai dan Gus

Ramai Padepokan Samsudin, Ansor Jatim Luruskan Istilah Kiai dan Gus

Faiq Azmi - detikJatim
Selasa, 02 Agu 2022 21:15 WIB
Bendahara GP Ansor Jatim Muhammad Fawait
Bendahara GP Ansor Jatim Muhammad Fawait. (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Kontroversi Gus Samsudin Jadab dengan Pesulap Merah menjadi perhatian GP Ansor Jatim. Bendahara GP Ansor Jatim Muhammad Fawait meluruskan istilah Kiai dan Gus yang cenderung salah dipahami masyarakat, juga cenderung dimanfaatkan oknum tertentu untuk mengambil keuntungan.

"Ini yang harus diluruskan. Kalau kiai atau ulama itu harus jelas sanad keilmuannya, sedangkan Gus harus jelas nasabnya. Jadi masyarakat jangan mudah percaya pada orang yang mengaku kiai atau gus. Lihat dulu sanad dan nasabnya," kata Fawait dalam keterangan yang diterima detikJatim, Selasa (2/8/2022).

Pria yang akrab disapa Gus Fawait ini prihatin pada fenomena yang terjadi di masyarakat terkait padepokan Samsudin. Menurutnya, banyak orang saat ini sangat mudah mendapat predikat kiai atau gus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Chotib Al Qodiri IV Jember itu mencontohkan ada orang memakai jubah atau sorban langsung disebut kiai. Padahal tidak pernah mondok, apalagi mengasuh pondok pesantren. Bahkan justru berpraktik sebagai paranormal atau dukun.

"Demikian juga dengan istilah gus. Itu adalah sebutan untuk anak kiai di Pulau Jawa, untuk menghormati bapaknya yang seorang kiai. Jadi tidak boleh sembarangan menyebut seseorang sebagai gus. Cari tahu dulu dia anak kiai siapa, di mana pondok pesantrennya?" Ujar Fawait.

ADVERTISEMENT

Presiden Laskar Sholawat Nusantara (LSN) ini mengungkapkan segala hal itu harus diposisikan sesuai tempatnya. Termasuk istilah atau penyebutan kiai atau gus dalam kehidupan bermasyarakat.

Lebih lanjut Fawait secara khusus meminta kepada warga agar lebih cermat dalam memilih dan selektif mana yang benar-benar ulama mana yang hanya memanfaatkan untuk keuntungan pribadi.

"Dari sudut pandang, kalau urusan masalah gus itu anak kiai. Bukan gus itu bisa terbang atau gimana-gimana, ya. Apa yang dilakukan Gus Samsudin itu unik, tidak lumrah, ya. Saya enggak tahu dia anak kiai atau bukan, kami dalam rangka meluruskan siapa sih yang dipanggil ulama, gus, dan kiai," kata Fawait.

Lebih lanjut ia menjelaskan tentang definisi masing-masing predikat yang sedang ia jelaskan. Yakni terkait siapa yang disebut ulama, siapa yang layak disebut kiai, dan siapa yang seharusnya disebut gus.

"Ulama itu pewaris nabi, punya ilmu untuk diajarkan ke masyarakat. Gus bentuk penghormatan dari masyarakat untuk anak kiai, atau anak ulama yang sudah dakwah ke masyarakat. Jadi sekali lagi, jangan asal ngaku ulama, jangan asal ngaku gus. Kalau kita mengamini (memanggil gus) ada apa-apa nanti disalahkan nama kiai, gus, ulama semuanya. Ini momentum untuk meluruskan definisi," lanjutnya.

Ia pun kembali mengingatkan bahwa sebutan kiai, gus, lora adalah sebuah penghormatan yang sarat akan makna. Karena itu harus disematkan kepada orang yang tepat dan memang berhak mendapat predikat itu.

"Banyak kasus terjadi, orang yang melakukan praktik perdukunan menyebut dirinya kiai atau gus. Itu untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat. Tapi ujung-ujungnya mencari keuntungan pribadi. Ini tentu merugikan kiai dan gus yang benar-benar asli," pungkas Ketua Fraksi Gerindra DPRD Jatim itu.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads