Analisis sebelumnya itu dikuatkan dengan temuan abu vulkanik yang tersebar di wilayah Jember. Dari abu vulkanik itu terdapat butiran belerang yang diduga berasal dari letusan pada jalur kubah lava dalam kaldera berdiameter 2 km.
"Kalau dilihat saat ini di dalam kaldera Raung itu ada kubah lava yang terbentuk saat ada erupsi beberapa waktu ke belakang," tambah pria lulusan ITB ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, dengan adanya erupsi kecil ini, kata Abdillah, siklus erupsi Gunung Raung ini berguna untuk melakukan mitigasi kebencanaan serta meningkatkan persiapan jika gunung tersebut akan meletus.
"Artinya, kita bisa lebih menyiapkan mitigasi bencana erupsi Raung dengan baik. Kita harap tidak ada hal yang buruk," pungkasnya.
Siklus erupsi Gunung Raung ini merujuk pada penelitian beberapa ahli geologi ITB. Penelitian dilakukan oleh Firman Sauqi yang juga salah satu lulusan daru ITB. Dia memulai penelitian dengan kristal lava Gunung Raung yang lalu dianalisis menggunakan Crystal Size Distribution (CSD). Hasilnya diperoleh residence time. Residence time atau waktu tinggal merupakan salah satu pendekatan untuk melakukan prediksi guna menentukan interval letusan suatu gunung.
Gunung di perbatasan Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember ini tercatat telah meletus delapan kali dalam jangka waktu 20 tahun terakhir yaitu pada 2000, 2002, 2004, 2005, 2007, 2012, dan 2015.
Hal ini menunjukkan interval letusan Gunung Raung paling pendek 1,2 tahun, dan terpanjang 2,5 tahun. Jika pada rentang tersebut tidak ada letusan, kemungkinan erupsi yang akan terjadi pada masa mendatang bisa lebih besar.
(dte/dte)