Prediksi Pengamat Gunung Api Usai Status Raung Naik Jadi Waspada

Prediksi Pengamat Gunung Api Usai Status Raung Naik Jadi Waspada

Ardian Fanani - detikJatim
Jumat, 29 Jul 2022 20:40 WIB
Gunung Raung saat erupsi pada 2015 lalu
Gunung Raung saat erupsi pada 2015 lalu. (Foto: Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Status Gunung Raung meningkat menjadi waspada per hari ini. Meskipun saat ini masih relatif aman, pengamat gunung api di Indonesia menyebut erupsi susulan bisa saja terjadi dalam dua bulan ke depan atau lebih.

Banyak peneliti mengatakan, siklus erupsi Gunung Raung berdurasi antara 2 hingga 2,5 tahun sekali. Ini sesuai dengan interval kejadian erupsi yang terjadi di Gunung Raung.

"Bisa jadi Raung meletus pada masa-masa ini, paling lama 2023. Karena letusan terakhir terjadi pada awal 2021 kemarin," ujar Abdillah Baraas, salah seorang pengamat Gunung api kepada detikJatim, Jumat (29/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Erupsi Gunung Raung bisa saja terjadi dalam waktu dekat. Namun jika melihat siklus erupsi, kemungkinan letusan Gunung Raung bakal terjadi pada 2023.

Secara runut jika dihitung sejak 2015, kata Abdillah, Raung kemudian meletus pada tahun 2017, 2019, dan 2021. Tahun 2022 ini, Gunung Raung kembali erupsi.

ADVERTISEMENT

"Kalau bisa dibilang ini adalah erupsi kecil. Erupsi pembukaan jalur pada Gunung Raung. Dimungkinkan erupsi kemarin itu bersifat freatomagmatik atau kombinasi antara adanya penambahan air hujan pada tempat keluarnya magma dari dalam. Namun, perlu diteliti lebih lanjut untuk mengonfirmasinya," tambahnya.

Ada temuan abu vulkanik yang tersebar di wilayah Jember. Baca di halaman selanjutnya.

Analisis sebelumnya itu dikuatkan dengan temuan abu vulkanik yang tersebar di wilayah Jember. Dari abu vulkanik itu terdapat butiran belerang yang diduga berasal dari letusan pada jalur kubah lava dalam kaldera berdiameter 2 km.

"Kalau dilihat saat ini di dalam kaldera Raung itu ada kubah lava yang terbentuk saat ada erupsi beberapa waktu ke belakang," tambah pria lulusan ITB ini.

Namun, dengan adanya erupsi kecil ini, kata Abdillah, siklus erupsi Gunung Raung ini berguna untuk melakukan mitigasi kebencanaan serta meningkatkan persiapan jika gunung tersebut akan meletus.

"Artinya, kita bisa lebih menyiapkan mitigasi bencana erupsi Raung dengan baik. Kita harap tidak ada hal yang buruk," pungkasnya.

Siklus erupsi Gunung Raung ini merujuk pada penelitian beberapa ahli geologi ITB. Penelitian dilakukan oleh Firman Sauqi yang juga salah satu lulusan daru ITB. Dia memulai penelitian dengan kristal lava Gunung Raung yang lalu dianalisis menggunakan Crystal Size Distribution (CSD). Hasilnya diperoleh residence time. Residence time atau waktu tinggal merupakan salah satu pendekatan untuk melakukan prediksi guna menentukan interval letusan suatu gunung.

Gunung di perbatasan Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember ini tercatat telah meletus delapan kali dalam jangka waktu 20 tahun terakhir yaitu pada 2000, 2002, 2004, 2005, 2007, 2012, dan 2015.

Hal ini menunjukkan interval letusan Gunung Raung paling pendek 1,2 tahun, dan terpanjang 2,5 tahun. Jika pada rentang tersebut tidak ada letusan, kemungkinan erupsi yang akan terjadi pada masa mendatang bisa lebih besar.



Hide Ads