Sertu Marctyan Bayu Pratama tewas diduga akibat dianiaya perwira pertama TNI AD saat bertugas di Jayapura, Papua sekitar 8 bulan lalu. Penganiayaan tersebut mengakibatkan korban menderita luka lebam hampir di sekujur tubuhnya.
"Tanggal 8 November 2021 saya diberi kabar oleh Danyon (Komandan Rayon)-nya kalau anak saya meninggal karena sakit. Padahal, dua hari sebelumnya telepon saya dalam keadaan sehat dan tidak ada keluhan apa-apa," kata Sri Rejeki Puji Lestari (52), Ibu Sertu Bayu di rumahnya, di Jetis, Mojokerto, Rabu (27/7/2022).
Sri menjelaskan jenazah putranya tiba di Sukoharjo keesokan harinya pada 9 November 2021. Ia mulai curiga saat melihat jenazah Sertu Bayu. Menurutnya hidung anak sulungnya itu patah dan terdapat sejumlah luka di seputaran wajahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mulai curiga. Akhirnya ada pihak dari Jayapura yang mengantar, mereka menjelaskan kalau ada interogasi yang melewati batas menjadi penyebab anak saya meninggal," terangnya.
Hari itu juga, kata Sri, jenazah Sertu Bayu dimakamkan di TPU Praci Maloyo, Kartasura, Sukoharjo. Sri lantas berupaya menggali informasi sekaligus mencari keadilan untuk putra sulungnya itu.
Berdasarkan informasi yang ia peroleh, Bayu tewas karena diduga dianiaya Lettu NS dan Letda M di markas satgas Jayapura pada 7 November 2021 malam. Anak sulung dari dua bersaudara pasangan Sri Rejeki dan Sri Doso (55) itu diduga dipukuli berulang kali.
Salah satunya menggunakan selang air. Menurut Sri, dua terduga pelaku saat itu menjadi bagian keamanan di satgas tempat anaknya bertugas.
"Meninggalnya 8 November jam 3 pagi waktu Jayapura. Tubuhnya diangkat, dibawa ke ruangan, lalu meninggal di ruangan. Dibawa ke rumah sakit sudah meninggal. Saya dikabari jam 2 siang," jelasnya.
Penganiayaan tersebut mengakibatkan Sertu Bayu tewas dengan luka lebam dan lecet hampir di sekujur tubuhnya. Mayoritas berupa luka lebam. Mulai dari kaki, paha belakang, pinggang kanan dan kiri, seluruh punggung, serta wajah.
"Saya punya foto-foto jenazah anak saya, tapi saya tidak berani melihat karena tidak tega. Ini saat di rumah sakit, saat autopsi," ungkap Sri.
Ibu dua anak ini belum mengetahui persis penyebab dua perwira TNI AD itu diduga tega menganiaya putranya. Sebab permasalahan yang diceritakan Sertu Bayu kepada dirinya sebatas utang sekitar Rp 160 juta.
Prajurit TNI kelahiran 21 Maret 1992 itu meminta bantuan ibunya untuk melunasi utang ke beberapa temannya. Sehingga Sri menjual tanahnya untuk melunasi utang Sertu Bayu. Utang kurang lebih Rp 160 juta itu lunas sekitar satu pekan sebelum putranya tewas.
"Makanya saya kaget. Utangnya sudah saya lunasi kok malah anak saya dihajar. Saya bertanya-tanya karena itu. Sempat saya tanyakan yang mengantar (jenazah Bayu), ada masalah apa pelaku dengan Bayu? Mereka juga tidak tahu, mereka juga kaget. Bahkan, komandannya marah, kan, tidak ada perintah interogasi dan lainnya," cetusnya.
Kasus kematian Sertu Bayu, kata Sri, sempat ditangani Pomda Jayapura. Menurutnya, Lettu NS dan Letda M ditetapkan sebagai tersangka. Bahkan, kasus penganiayaan itu sempat disidangkan oleh Oditur Militer (Odmil) Jayapura.
Namun, perkara dilimpahkan ke Odmil Jakarta karena saksi-saksi sudah kembali ke Jawa setelah penugasan di Papua.
"Akhirnya dilimpahkan ke Odmil Jakarta. Namun, saya tidak mengikuti. Sidang pertama informasinya 4 Juli. Karena hakimnya sakit, ditunda 13 Juli kemarin," ujarnya.
Sri bersyukur mendapat dukungan langsung dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Didampingi pengacaranya dan 6 orang dari lembaga perlindungan korban dan saksi (LPSK) ia bertemu langsung dengan Andika di Mabes TNI 11 Juli 2022.
"Kasusnya sudah dilimpahkan ke Odmil Jakarta. Pelaku dua-duanya sudah ditahan. Kami dapat dukungan dari Bapak Panglima, perlindungan dan keamanan. Insyaallah nanti Bapak Panglima akan membuktikan komitmennya untuk mengusut tuntas kasus ini," ujarnya.
Sertu Bayu meninggalkan seorang istri dan satu anak laki-laki yang baru berusia 2,5 tahun. Sang istri, Dika Sensia Wirandani kini tinggal di Grobogan, Jateng. Sebelumnya, ia tinggal bersama Bayu di asrama salah satu kesatuan TNI AD di Sukoharjo, Jateng.
(dpe/iwd)