Kini Diganti MPLS, Simak Sejarah MOS dari Perpeloncoan Zaman Kolonial

Kabar Pendidikan

Kini Diganti MPLS, Simak Sejarah MOS dari Perpeloncoan Zaman Kolonial

Tim detikEdu - detikJatim
Minggu, 17 Jul 2022 18:03 WIB
Masa Orientasi SMK 1 Yuppentek
Ilustrasi MOS (Foto: Aditya Fajar Indrawan)
Surabaya -

Para siswa baru akan melaksanakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) besok. Sebelum MPLS diberlakukan, sekolah jenjang pendidikan menengah dan atas mengadakan Masa Orientasi Siswa (MOS) bagi peserta didik baru.

Kini, MOS telah dihapuskan. Namun, MOS memiliki sejarah panjang yang bahkan sudah dimulai sejak zaman kolonial Belanda. Begini penjelasannya dilansir detikEdu.

Sejarah MOS

Kegiatan MOS memiliki sejarah panjang di mana dahulu dikenal dengan istilah plonco atau perploncoan. Plonco diketahui sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam buku berjudul Bunga Rampai dari Sejarah Volume 2 oleh Mohammad Roem diceritakan bagaimana pengalamannya diplonco ketika masuk Stovia (Sekolah Dokter Bumiputera) pada 1924. Mantan Menteri Luar Negeri era Presiden Soekarno ini berbagi pengalaman saat mengalami masa plonco.

"Bahasa Belandannya plonco waktu itu adalah ontgroening. Kata groen artinya hijau. Murid baru adalah hijau, dan ontgroening dimaksudkan untuk menghilangkan warna hijau itu. Dia harus diberi perlakukan agar dalam waktu singkat menjadi dewasa, berkenalan dengan teman-teman seluruh Stovia," tulis Roem.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, Roem menggambarkan bahwa perploncoan sudah bertahun-tahun dilaksanakan, tetapi belum pernah terdengar kejadian yang tidak sedap atau melampaui batas. Hal ini karena pengawasan yang ketat, sehingga ekses dapat dihindarkan.

"Pertama waktu-waktu dibatasi, tidak boleh memplonco di waktu belajar dan waktu istirahat. Masih banyak waktu di luar itu dan memang suasana ramai selama tiga bulan pertama itu," lanjut Roem.

Sedangkan kata perploncoan berasal dari kata plonco yang artinya kepala gundul. Penggundulan pada masa perploncoan kemungkinan besar kali pertama dilakukan pada masa pendudukan Jepang.

Menurut Rahardjo Darmanto Djojodibroto dalam buku Tradisi Kehidupan Akademik, mantan mahasiswa Ika Daigaku (Sekolah Kedokteran) yang tidak disebutkan namanya menyatakan bahwa kata perploncoan untuk pertama kali digunakan sebagai kata pengganti ontgroening.

"Kata perploncoan itu berasal dari kata plonco artinya kepala gundul. Hanya anak kecil yang berkepala gundul waktu itu, sehingga kata plonco mengandung arti seseorang yang belum mengetahui sesuatu mengenai kehidupan masyarakat dan dianggap belum dewasa, karena itu perlu sekali diberi berbagai petunjuk untuk menghadapi masa depan," kata mahasiswa Ika Daigaku itu, sebagaimana dikutip Darmanto.

Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perploncoan terus dilakukan, seperti di Universitas Indonesia pada April 1949. Menurut Darmanto, semasa revolusi fisik itu penggemblengan melalui perploncoan diselenggarakan juga di Klaten, Solo, dan Malang. Walaupun dalam suasana penuh kemelut, ikatan batin dan rasa setia kawan tidak pudar, bahkan membaja dalam durch Leide und Freude (duka dan suka).

Perploncoan dianggap sebagai sisa kolonialisme dan feodalisme, karenanya pernah terjadi penolakan pada kegiatan ini. Partai dan organisasi komunis seperti PKI dan CGMI menolak perploncoan karena menganggapnya sebagai tradisi kolonial. Selain itu, ada juga organisasi yang menolak berdasarkan alasan lain.

Kemudian perploncoan akhirnya dilarang oleh pemerintah dan diganti namanya menjadi Masa Kebaktian Taruna (1963), Masa Prabakti Mahasiswa atau Mapram (1968), Pekan Orientasi Studi (1991), Orientasi Studi Pengenalan Kampus (Ospek), Orientasi Perguruan Tinggi (OPT), dan sekarang umumnya disebut Masa Orientasi Siswa (MOS). Namun beberapa tahun belakangan ini MOS diubah menjadi Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Tujuan MOS

Dikutip dari situs resmi Kabupaten Pati (13/7) kegiatan MOS sebenarnya memiliki tujuan positif. Agenda MOS merupakan kegiatan untuk menyambut murid baru dan hampir dilaksanakan oleh seluruh sekolah ataupun kampus.

Tujuan utama MOS memang digunakan untuk sarana perkenalan antara siswa dengan lingkungan barunya di sekolah tersebut. Baik itu perkenalan antar siswa baru, dengan kakak kelas, ataupun guru dan karyawan lainnya yang ada di sekolah. Tak terkecuali pengenalan berbagai macam kegiatan yang ada dan rutin dilaksanakan di lingkungan sekolah.

Selain itu, MOS juga dijadikan sebagai wahana untuk melatih kedisiplinan, ketahanan mental dan mempererat tali persaudaraan. Sehingga dengan tujuan itu pulalah, MOS bisa menjadi sarana untuk membentuk karakter siswa.

Kegiatan MOS pernah mencoreng dunia pendidikan

Meskipun memiliki tujuan positif, nyatanya ada saja kegiatan MOS yang praktiknya menyimpang. Beberapa kasus seputar kegiatan MOS pernah terjadi di Indonesia dan cukup mencoreng dunia pendidikan.

Beberapa peserta MOS dikabarkan cedera bahkan sampai meninggal dunia karena alasan kelelahan setelah mengikuti kegiatan MOS yang menguras energi. Apalagi MOS juga dikenal sebagai kegiatan yang merepotkan.

Dilansir dari arsip detikcom, para siswa baru biasanya akan diminta untuk berpakaian dengan atribut yang aneh selama beberapa hari. Sebut saja misalnya topi dari bola plastik, tas dari kardus ataupun harus mengenakan name tag dengan ukuran besar yang dikalungkan di leher.

Psikolog pendidikan sekaligus Ketua Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA), Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto juga menilai bahwa MOS sebaiknya diganti dengan kegiatan yang lebih bermanfaat karena sejauh ini MOS dianggap sebagai ajang balas dendam kakak kelas dengan para juniornya.

"MOS itu seperti mata rantai, yang senior menghukum yang junior,sedangkan si junior punya dendam, dan akan memperlakukan adik kelasnya seperti apa yang dialaminya dulu," kata Kak Seto.

Lebih lanjut, Kak Seto mengatakan MOS di Indonesia tidak mengandung unsur edukatif yang kreatif, tetapi lebih mengarah kepada perploncoan siswa baru. Karena itu, untuk memutus rantai perploncoan itu, sebaiknya MOS dihapus, atau diganti dengan program yang benar-benar mendidik, dengan catatan harus diawasi dengan ketat.

Nah, Detikers ada yang punya pengalaman MOS tak terlupakan saat pertama kali masuk sekolah?




(hse/fat)


Hide Ads