AKP Ade Warokka memimpin dan mengawal pemberangkatan hingga pertandingan 7 atlet perwakilan Polda Jatim. Mereka bertanding sesuai kelas masing-masing di Kejuaraan Judo Kapolri Cup yang digelar Polda Sultra.
Polisi yang kini bekerja di Subdit Siber Ditreskrimsus Polda Jatim itu pernah menjabat sebagai Kanit Jatanras Polrestabes Surabaya. Sosok tegasnya dalam memberangus kriminalitas di Kota Pahlawan kala itu ditakuti para bandit jalanan.
Kepada detikJatim, ia berkisah banyak hal. Soal profesi, hobi, hingga kelihaiannya bertanding judo. Untuk judo sendiri, Ade mengaku mulai mempelajarinya sejak 1986 sampai sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat itu, dikenalkan pertama kali oleh guru atau sensei saya di kampung halaman," kata Ade, Sabtu (16/7/2022).
Mantan Kasat Reskrim Polres Bondowoso itu mengatakan, bela diri yang dipelajarinya sejak awal sebenarnya adalah boxing atau tinju. Namun, lambat laun, ia mulai mengenal, mencintai, dan mempelajari Judo hingga menyabet sejumlah gelar di ajang bergengsi ini. Baik dari tingkat lokal hingga internasional. Dulu saat sepi, bahkan tidak ada kejuaraan tinju, ia kerap ikut bertanding judo.
"Basic saya tinju (boxing), lalu tertarik judo karena disiplin dengan falsafah membentuk watak manusia," ujar polisi dengan 3 balok di pundaknya itu.
Setelah berlatih dan mencintai judo, Ade mengaku baru memberanikan diri mengikuti pertandingan atau turnamen Judo di tingkat lokal. Ia mengaku, mengikuti turnamen pertama kali di ajang Piala Dankostrad tahun 1989.
"Piala Dankostrad tahun 1989 dan dapat perunggu pertama kali," katanya.
Lalu, terakhir kali, ia mengikuti pertandingan dan menang di tahun 1996. Saat itu, ia menyabet medali perak dalam Piala Kapolri se-Asia Tenggara.
"Saat itu, dapat perak dan terakhir memutuskan gantung baju (pensiun Judo)," tambahnya.
Namun, niat dan keinginannya untuk bertanding Judo tergugah kembali. Sebab, di tahun 2000, ia diberi pesan oleh pendiri Galaxy Judo Klub dan mengikuti pertandingan lagi di 2005 secara beregu.
"2004 itu dapat wejangan dari klub yang didirikan Teratai Brimob dan Polda Jatim, di 2005 ikut tanding beregu karena merebut Kejurnas Judo Piala Bhayangkara, dapat medali perak," tutur dia.
Pengalaman menarik Ade lainnya, di halaman berikutnya!
![]() |
Mendapat Kepercayaan Latih Judo di Polda Jatim
Seiring berjalannya waktu, prestasi dan kinerjanya mulai dilirik polri. Lalu, ia puan dipercaya untuk melatih dan melestarikan Judo di Polda Jatim.
"Anak asuh saya militansi tinggi, mau latihan atau persiapan, bela dirinya polisi kan judo dan dipelajari dari lembaga pendidikan," kata Ade, lalu tersenyum.
Dari situ lah, kemudian ia menularkan minat dan bakatnya kepada buah hatinya. Bahkan, ia mengaku bangga ada trah atau penerus profesi sekaligus kegemarannya.
"Saya lulus perwira dari Judo, karena ada yang memperhatikan di bawah dan menyodorkan ke atas, 2004 masuk di Polda Jatim. Anak saya, Elika dia dapat bonus sepeda motor, piagam, dan duit dari Judo dan bertugas di kepolisian," ujarnya.
Mencintai Polisi dan Judo
Ade mengungkapkan, ia mulai masuk dan bergabung dengan Korps Bhayangkara di tahun 1986. Selama 12 tahun bertugas di awal profesinya sebagai polisi, ia ditempatkan sebagai pengajar.
"Di lembaga pendidikan sebagai pengajar, tahun 1986 sampai 1988," tutur dia.
Kemudian, ia dimutasi pertama kali tahun 1998 di Ditlantas Polda Sumsel. Di sana, ia melakoni tugasnya hingga tahun 2000.
"Tahun 2000, masuk ke Polwiltabes (sekarang Polrestabes Surabaya) sampai 2016 di Jatanras Satreskrim Polrestabes," katanya.
Selama itu lah, namanya semakin moncer. Sebab, sepak terjangnya membasmi kejahatan terkenal sangat cepat, lugas, nan sigap.
Kemudian, ia berpindah tugas ke Polsek Wonokromo di tahun 2016. Selanjutnya, ia mengemban tugas menjadi Kasatreskrim Polres Bondowoso dan Mojokerto.
"Lalu, saya ditarik ke ke Ditreskrimum Polda Jatim di tahun 2020 sebagai Panit 1 Kamneg, kemudian di Ditreskrimsus 2021," tuturnya
Senang, Asyik, dan Tertantang Bongkar Kasus Pidana Rumit
Meski sering berpindah-pindah tugas, ia mengaku tak mengapa. Sebab, hal ini justru menjadi kesenangan tersendiri bagi Ade.
Bahkan, Ade merasa senang bisa membongkar kasus yang sulit, rumit, nan berbahaya di Kota Pahlawan. Beruntung, semuanya rampung dengan cantik.
Seperti halnya kasus seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemkot Surabaya bernama Karyanto yang tewas dalam sebuah kecelakaan di Jalan Ambengan. Ia berkisah, pria 45 tahun itu dinyatakan tewas setelah motor yang dikendarai menabrak mobil pikap lalu dimakamkan oleh keluarganya.
Namun, sepekan kemudian, polisi mengabarkan bahwa Karyanto bukan tewas karena kecelakaan. Melainkan, menjadi korban pembunuhan.
"Sempat gali makam pada kasus PNS Pemkot Surabaya di Jalan Ambengan dan kasus kriminal lain di 2015," tutupnya.