Usia lanjut dan keterbatasan ekonomi tak menjadi penghalang bagi Dulhari (85) untuk berkurban. Seekor sapi ia serahkan ke musala tak jauh dari tempat tinggalnya di Kelurahan Lateng, Banyuwangi.
Loper koran ini sengaja menyisihkan uang untuk berkurban selama 4 tahun. Upah dari penjualan koran ia kumpulkan, lalu dibelikan seekor sapi.
"Alhamdulillah bisa berkurban tahun ini. Semoga diterima," ujarnya kepada wartawan, Senin (11/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Niat Dulhari berkurban sudah muncul sejak 2018 silam. Sedikit-demi sedikit upahnya jadi loper koran dan sedekah yang diterimanya dikumpulkan.
"Saya kumpulkan. Ada lebih uang, saya sisihkan di kotak," katanya.
Lambat laun, kata dia, uang yang dikumpulkan cukup untuk membeli sapi. Dia sengaja membeli sapi, agar daging yang dibagikan bisa lebih banyak. Dia memilih sapi Bali untuk dikurbankan ke musala.
"Sebenarnya bisa beli kambing. Tapi kan dagingnya tidak terlalu banyak. Maka saat terkumpul uang Rp 18 juta akhirnya saya belikan sapi," tambahnya.
Dulhari mengaku tak rugi membeli seekor sapi untuk berkurban. Menurutnya, berkurban tidak hanya dilakukan orang yang mampu saja. Tergantung niat manusia menjalankan ibadah sunnah di Idul Adha.
"Yang penting niat. Tidak perlu menunggu kaya jika ingin berkurban. Saya tidak mau sombong karena berkurban ini sudah niatan saya sejak dulu," pungkasnya.
Anak Dulhari, Sujono (62) menambahkan, selama bekerja sebagai loper koran ayahnya tak pernah lepas berzikir. Saat menunggu pembeli, kata dia, ayahnya selalu melantunkan Asma Allah.
Selama sehat, Sujono juga mengatakan, ayahnya nyaris tak pernah libur bekerja.
"Setiap hari sejak selepas subuh, langsung berangkat untuk menjajakan koran hingga menjelang zuhur. Padahal usianya sudah tidak muda,"tutupnya.
(dpe/dte)