Muhadi (72) warga asal Desa Kesambi, Bandung, Tulungagung akhirnya ditemukan setelah hilang kontak dengan keluarganya selama 30 tahun. Bagaimana kisahnya ?
Anak kedua Muhadi, Alimuddin, mengatakan ayahnya pamit merantau ke Malaysia pada tahun 1993. Saat itu Alimuddin masih kelas 2 SD. Keputusan merantau ditempuh Muhadi karena usahanya di rumah bangkrut.
"Waktu itu berangkat secara baik-baik," kata Alimuddin, saat dihubungi detikJatim, Senin (27/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama dua tahun merantau, sang ayah masih ada kabar, bahkan Muhadi juga rutin mengirimkan uang ke rumah. Namun setelah dua tahun berselang, pihak keluarga kehilangan kontak dan Muhadi tidak diketahui keberadaannya.
Kala itu pihak keluarga sempat mendapat kabar jika Muhadi berada di Sumatera. Keluarga pun sempat melakukan pencarian, namun karena kehabisan biaya, akhirnya memilih pulang.
"Waktu itu juga ada kabar kalau Bapak sudah nikah dan punya anak, sudah sukses, punya lahan sawit. Namun lupa anak keluarga. Ada juga yang beri kabar kalau Bapak sudah meninggal dunia," ujarnya.
Hal senada disampaikan anak pertama Muhadi , Ali Fattah. Pihak keluarga sempat menyangka jika Muhadi hilang terkena tsunami Aceh. "Karena saya dapat kabar itu Bapak di sana. Ya dikiranya hilang kena tsunami," ujar Alimuddin.
Setelah sekian tahun tidak diketahui keberadaannya, keluarga meyakini Muhadi telah meninggal dunia. Keluarga pun sempat menggelar selamatan, bahkan hingga peringatan seribu hari.
"Ya waktu itu kami menyakini Bapak sudah meninggal dunia dan kami gelar selamatan," kata Alimuddin.
Ali menceritakan setelah 30 tahun berlalu, tiba-tiba keluarga mendapat kabar mengejutkan. Muhadi ditemukan dalam kondisi masih hidup di wilayah Labuhanbatu, Sumatera Utara.
Cerita berawal dari ketidaksengajaan seorang karyawan perusahaan sawit di Sumatera Utara, Syahbudin yang berjumpa Muhadi sedang mencari ikan di sungai. Muhadi yang dikenal hidup sebatang kara di Sumatera Utara akhirnya diajak komunikasi.
"Orang yang menemukan itu namanya Syahbudin, dia kerja di perusahaan sawit, nah waktu istirahat dia itu menjumpai Bapak saat cari ikan di sungai. Kemudian diajak komunikasi," jelasnya.
Dalam komunikasi itu Syahbudin menggali informasi asal usul Muhadi. Muhadi pun menceritakan jika dia asli dari Desa Kesambi, Kecamatan Bandung, Tulungagung, Jawa Timur dan tidak memiliki sanak saudara di Sumatera Utara.
Dari situlah Syahbudin menawari Muhadi untuk difoto dan diunggah profilnya di Facebook. Kabar itu akhirnya sampai ke keluarga di Tulungagung dan Trenggalek.
"Pertama kali itu, sekitar jam setengah enam pagi adik saya, yang nomor tiga mendatangi saya sambil nangis. Kemudian saya tanya kenapa nangis, dijawab, ini di FB kok ada gambarnya bapak apa benar, katanya bapak sudah meninggal," ujarnya.
"Kebetulan adik saya belum pernah tahu, tahunya cuma lewat foto. Setelah lihat foto di FB itu hati saya langsung deg dan mbrebes (menangis). Apa benar," imbuhnya.
Alimuddin kemudian menelepon Syahbudin narahubung yang ada dalam unggahan Facebook tersebut. Dari situlah akhirnya Ia disambungkan dengan Muhadi.
"Saat saya telepon itu, saya tanya aslinya mana, anaknya siapa, istrinya, mertuanya siapa. Itu dijawab dengan benar semua. Saat itu saya masih setengah percaya, belum 100 persen," jelasnya.
Setelah komunikasi pertama itu, ia sempat membiarkan begitu saja kabar tersebut, namun Alimuddin mengaku gelisah dan terus terbayang-bayang.
"Akhirnya saya telepon lagi ke Syahbudin dan minta tolong untuk video call. Diiyakan, tapi menunggu waktu senggang, Bapak mau diajak ke tempat yang sinyalnya bagus," kata Alimuddin.
"Besoknya saya telepon lagi nggak bisa, makin gelisah saya. Tapi akhirnya beberapa hari kemudian bisa dan saat itu saya langsung yakin itu Bapak. Bapak langsung menyebut saya, ini Alimuddin," ceritanya.
Alimuddin pun langsung menyambungkan panggilan video itu bersama adik dan kakaknya. "Ternyata bapak hafal semua dengan anak-anaknya," jelasnya.
Rencananya Muhadi akan dipulangkan ke Jawa Timur pada Selasa (28/6/2022). Muhadi akan tinggal bersama ibu dan kakaknya di Desa Ngadisuko, Kecamatan Durenan, Trenggalek.
"Besok langsung dibawa pulang ke Trenggalek, kebetulan ibu saya sudah pindah ke sana bersama kakak saya 17 tahun lalu," ujar Alimuddin.
Simak Video "Video: Sejumlah SD Negeri di Trenggalek Kekurangan hingga Tak Dapat Murid"
[Gambas:Video 20detik]
(iwd/iwd)